Senin, 22 Oktober 2012

Karakter Dan Kualitas Soal UASBN Pelajaran Matematika SD/MI Di Jombang


Dalam pembelajaran, penilaian memegang peranan penting. Dengan penilaian akan diperoleh informasi yang dapat digunakan untuk membuat keputusan-keputusan tentang siswa, kurikulum, program, sekolah, dan kebijakan-kebijakan pendidikan (Nitko & Brookhart, 2007:4). Menurut Stecher et al.  (2007:13); Hart, (1994:1); Wilson & Bertenthal (2005:4); dan Gronlound & Linn (1990:5) penilaian merupakan suatu proses yang sistematis dan mencakup kegiatan mengumpulkan, menganalisis, serta menginterpretasikan informasi.
Tujuannya untuk menentukan  seberapa jauh seorang siswa atau sekelompok siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, penilaian diatur dalam bab XVI pasal 57, 58, dan 59. Penjabaran lebih lanjut tentang pelaksanaan penilaian dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Pasal 63 ayat (1) menyebutkan bahwa penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: (1) Penilaian hasil belajar oleh pendidik, (2) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan (3) Penilaian hasil belajar oleh pemerintah.
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dan satuan pendidikan merupakan bentuk evaluasi internal, sedangkan penilaian hasil belajar oleh pemerintah merupakan evaluasi eksternal (umum). Penilaian hasil belajar oleh pendidik dan satuan pendidikan bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan peserta didik dalam mencapai kompetensi yang ditentukan, sedangkan penilaian oleh pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional.
Untuk menilai hasil belajar siswa Sekolah Dasar (SD), sejak tahun 2006/2007 ditetapkan dalam bentuk Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN). UASBN ini bertujuan: (a) menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, matematika, dan ilmu pengetahuan alam (IPA); (b) mendorong tercapainya target wajib belajar pendidikan dasar yang bermutu; dan (c) meningkatkan peran dan fungsi UASBN sebagai sertifikasi, seleksi, pemetaan mutu satuan pendidikan, dan sebagai dasar pembinaan  serta pemberian bantuan kepada satuan pendidikan.
Hasil  UASBN mempunyai arti yang sangat penting dan strategis bagi siswa sekolah dasar. Alasannya, hasil nilai UASBN tersebut akan dimasukkan sebagai nilai murni yang sangat berpengaruh pada penerimaan siswa baru dan dimanfaatkan sebagai dasar seleksi penerimaan siswa di Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs). Mengingat kegunaan nilai UASBN sangat penting, maka wajib disikapi secara serius oleh pihak pengelola dan pemangku kebijakan yang menaungi pendidikan tingkat sekolah dasar. Untuk itu, dalam pengelolaan dan penyelenggaraannya harus dilakukan secara profesional, akurat, objektif, dan adil. Objektifitas penilaian hasil belajar yang dilakukan sangat bergantung pada kualitas alat ukur (tes) yang digunakan (Arikunto, 2008:60).
Pendapat ini senada dengan yang dikehendaki oleh Permendiknas Nomor 20 tahun 2007 tentang 9 (Sembilan) prinsip penilaian yakni: sahih, objektif, adil, terpadu, terbuka, menyeluruh dan berkesinambungan, sistematis, beracuan criteria, dan akuntabel. Mardapi (2004:7) juga mempertegas bahwa prinsip-prinsip asesmen atau penilaian yang penting adalah akurat, ekonomis, dan mendorong peningkatan kualitas pembelajaran.         
Agar nilai UASBN dapat menggambarkan kemampuan siswa yang sesungguhnya, maka perangkat soal yang digunakan harus memenuhi persyaratan alat ukur yang baik dan teruji dalam berbagai aspek. Untuk memperoleh data yang akurat, alat ukur yang digunakan harus memiliki bukti kesahihan dan kehandalan. Sahih berarti alat ukur tersebut mengukur seperti yang direncanakan, dan handal berarti alat ukur tersebut menghasilkan data dengan tingkat kesalahan yang sekecil mungkin (Mardapi, 2004:11).
Kenyataan menunjukkan bahwa pengadaan butir soal yang bermutu (baik secara teoritik maupun empirik) tidaklah mudah. Diperlukan tahapan-tahapan dan proses standarisasi soal dengan menggunakan kaidah-kaidah psikometris. Sebelum perangkat soal digunakan, harus dilakukan tahap telaah terhadap materi, konstruksi, dan bahasa. Penelaahan ini dimaksudkan untuk melihat kesesuaian isi soal dengan hal-hal yang akan diuji, kesesuaian soal-soal dengan syarat-syarat psikometris, dan ketepatan serta kecermatan rumusan soal-soal tersebut. Setelah soal digunakan, barulah dilakukan tahap analisis empiris untuk mengetahui karakteristik setiap butir soal yang telah diujikan (Surapranata, 2004:1-4, Isnanda, 2009:4).
Di daerah, kegiatan penelahaan dan analisis butir-butir soal  selama ini jarang dilakukan. Itulah sebabnya materi, konstruksi soal, bahasa, validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan distraktor soal yang diujikan pada UASBN perlu dipertanyakan. Lebih tepatnya “Apakah soal UASBN yang dibuat BSNP bersama dengan guru-guru di daerah sudah memenuhi syarat-syarat tes yang baik atau belum?”
Terkait dengan tidak dilakukannya uji teoritik dan empirik naskah soal UASBN di daerah, menyebabkan karakteristik dan kualitas tes belum diketahui. Faktor kualitas tes yang belum diketahui, akan berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam mengerjakan tes. Kelemahan ini akan berdampak pada sulitnya menentukan kemampuan siswa yang sebenarnya. Untuk maksud tersebut, maka tulisan ini akan melaporkan hasil analisis butir soal UASBN tahun ajaran 2009/2010 pelajaran matematika di Kabupaten Jombang, baik secara teoritik maupun  secara empirik.
2.   METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini dirancang sebagai penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Dalam penelitian ini, akan dideskripsikan kualitas tes UASBN SD/MI mata pelajaran matematika di Kabupaten Jombang tahun 2010 ditinjau dari aspek teoritis dan empiris. Subjek penelitian ini adalah naskah soal dan kisi-kisi penyusunan soal tes UASBN SD/MI serta lembar jawaban siswa pada mata pelajaran matematika di Kabupaten Jombang tahun 2010. Data jawaban siswa  diperoleh dari lembar jawaban siswa yang berjumlah 248 buah. Sampel 248 lembar jawaban siswa diperoleh  dengan cara random acak dari seluruh peserta tes UASBN di kabupaten Jombang tahun 2010. Lembar jawaban siswa tersebut kemudian disalin atas izin dari pihak KASIDIKDAS Dinas Pendidikan kabupaten Jombang.
Untuk menentukan kualitas tes ditinjau dari aspek teoritis dilakukan dengan mempertimbangan 3 orang ahli dalam bidang matematika. Apabila 2 ahli menilai cocok maka butir soal tersebut dikatakan valid, dan sebaliknya. Sementara itu, untuk menentukan kualitas tes ditinjau dari aspek empiris (kuantitatif),  sebanyak 248 lembar jawaban siswa hasil UASBN pelajaran matematika dianalisis. Pengambilan data 248 lembar jawaban siswa dalam penelitian ini digunakan random acak. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan program BIGSTEP dan ITEMAN. Hasil (output)  dari software BIGSTEP antara lain informasi tentang tingkat kesulitan butir soal (measure difficulty) dalam bentuk skala logit, indeks kesalahan pengukuran (standard error of measurement), kecocokan antara data dan model (infit dan outfit), korelasi point bisserial, serta estimasi tingkat kemampuan peserta tes.
Program ITEMAN juga digunakan untuk mengetahui kualitas soal yang terkait dengan taraf kesukaran, daya beda dan efektivitas distraktor, serta statistik tes berupa reliabilitas hasil tes, dan kesalahan baku hasil pengukuran. Adapun, kriteria butir soal yang baik, cukup baik dan tidak baik yang digunakan antara lain: (a) baik, apabila taraf kesukaran 0,25 p 0,75, korelasi biserial (rbis) butir  0,40 dan korelasi biserial (rbis) pilihan jawaban bernilai negatif kecuali kunci jawaban, (b) cukup baik, apabila taraf kesukaran p < 0,25 atau p>0,75 tetapi korelasi biserial (rbis) butir  0,40 dan pilihan jawaban bernilai negatif kecuali kunci jawaban, atau taraf kesukaran 0,25 p 0,75 dan korelasi biserial (rbis) pilihan jawaban bernilai positif selain kunci jawaban, dan (c) tidak baik, apabila taraf kesukaran p <0,25 atau p>0,75 dan ada korelasi biserial (rbis) pilihan jawaban positif selain kunci atau korelasi biserial (rbis) butir < 0,20. Perangkat soal dan kisi-kisi penyusunan soal UASBN juga dianalisis untuk mengatahui valid tidaknya butir soal ditinjau dari validitas isi, validitas konstruk, dan vaiditas muka.
3.      HASIL PENELITAN  DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini ada dua macam bentuk data yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif digunakan untuk mengetahui valid tidaknya suatu soal dilihat dari tiga aspek, yaitu validitas isi, konstruksi, dan bahasa. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat tiga butir soal yang tidak memenuhi validitas muka. Ketiga butir soal tersebut adalah butir soal nomor 4, 14, dan 16. Ketiga butir soal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. Soal nomor 4 dapat ditampilkan sebagai berikut:
 “Seekor ikan berada di kedalaman 23 meter di bawah permukaan air. Kemudian berenang naik sejauh 7 meter. Seekor burung bertengger di pohon dengan ketinggian 5 meter di atas tanah. Jarak urung dengan ikan adalah ….
Pada soal nomor 4 ini, isi dan konstruksi soal sudah sesuai dengan indikator yakni menyelesaikan soal cerita berkaitan dengan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat. Namun butir soal ini tidak memenuhi validitas muka karena bahasa yang dipakai dapat menimbulkan penafsiran ganda. Hal ini diperkuat dari hasil validasi oleh validator 1 dan 2, bahwa soal terkesan ambigu yang bisa membuat siswa tidak mengerti, seperti pada kalimat berikut: “Berenangnya ikan naik sejauh 7 meter.” Pertanyaanya, (a) apakah tegak lurus atau berenang ke depan sambil naik sejauh 7 meter? dan  (b) apakah posisi pohon dengan air tepat berada di atas air? Bisa jadi burung bertengger di dahan pohon atau ranting pohon yang semakin menjauhi air. Dengan demikian jarak burung dengan ikan akan semakin jauh.
Sementara itu, dalam penulisan satuan akan lebih baik jika satuan yang di tanyakan pada soal di letakkan pada akhir kalimat setelah tanda titik-titik agar siswa lebih paham satuan yang ditanyakan tetap atau berubah, dan untuk efisiensi dalam penulisan distraktor. Alangkah baik, jelas dan tidak menimbulkan penafsiran ganda, bila  butir soal nomor 4 tersebut diubah menjadi:
“Sebuah jangkar kapal berada di kedalaman 23 meter di bawah permukaan laut. Oleh nahkoda kapal, jangkar tersebut ditarik ke atas sejauh 7 meter. Jika tinggi kapal dari permukaan air adalah 5 meter, maka jarak nahkoda dengan jangkar adalah ….. meter.
a. 35                    b. 25                            c. 21                            d. 11
Sementara itu, cuplikan soal nomor 14 dapat ditampilkan sebagai berikut:
“Pak Hadi membagikan bantuan berupa 96 kg beras, 80 bungkus mie instan, dan 64 kemasan minyak goreng kepada tetangganya. Jika tiap orang menerima bantuan sama banyak dan merata, berapa orang maksimal tetangga Pak Hadi yag mendapat bantuan tersebut?”
Pada soal nomor 14 ini, isi dan konstruksi soal sudah sesuai dengan indikator, yakni: menyelesaikan soal cerita yang di dalamnya menggunakan FPB. Namun pada butir soal ini bahasa yang digunakan  kurang jelas. Kata maksimal kurang cocok digunakan untuk menunjukkan orang. Kata ini lebih baik digunakan untuk menunjukkan benda mati. Selain itu, tanda tanya pada soal juga tidak sesuai karena soal UASBN adalah soal pilihan ganda sehingga tidak perlu tanda tanya.
Sementara itu, dalam penulisan satuan akan lebih baik jika satuan yang ditanyakan pada soal diletakkan pada akhir kalimat setelah tanda titik-titik. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih paham satuan yang ditanyakan tetap atau berubah, dan untuk efisiensi dalam penulisan pengecoh. Agar lebih jelas,  soal nomor 14 sebaiknya diubah menjadi:
“..… Jika tiap orang menerima bantuan sama banyak dan merata, maka banyak tetangga pak Hadi yang mendapat bantuan tersebut adalah …. orang.”
a.       4                            b. 8                  c. 12                            d. 16

Soal nomor 16, dapat ditampilkan cuplikannya sebagai berikut:
“Jarak kota Solo-Jogja pada peta yang berskala 1 : 550.000 adalah 20 cm. Jarak sebenarnya kota Solo-Jogja adalah ….”

Pada butir soal nomor 16 di atas, validitas isi dan validitas konstruk sudah terpenuhi. Artinya isi yang terkandung dalam soal dan aspek berpikirnya sudah sesuai dengan indikator soal yakni menyelesaikan soal cerita yang menggunakan perhitungan skala. Namun butir soal ini tidak memenuhi validitas muka karena bahasa yang dipakai pada butir soal tersebut kurang jelas. Dari segi bahasa, butir soal nomor 16 belum menampakkan soal cerita. Bahasa yang digunakan terlalu singkat.
Agar siswa lebih paham, satuan yang ditanyakan tetap atau berubah, dan untuk efisiensi dalam penulisan pengecoh, maka dalam penulisan satuan akan lebih baik jika satuan yang ditanyakan pada soal di letakkan pada akhir kalimat setelah tanda titik-titik. Agar soal nomor 16 ini menjadi lebih jelas, maka butir soal dapat diubah menjadi:
“Ahmad mendapat tugas dari gurunya untuk membuat peta dengan skala 1:550.000. Jika jarak kota Solo ke Jogja pada peta adalah 20 cm, maka jarak sebenarnya kota Solo-Jogja adalah …. km.”
a.       11                          b. 27,5                         c. 110                          d. 275

Selain ketiga butir yang telah diuraikan di atas, secara keseluruhan ketiga validitas (validitas isi, validitas konstruk, dan validitas muka) sudah dipenuhi (valid). Artinya, dilihat dari segi validitas isi, validitas konstruk, dan validitas muka soal UASBN matematika SD di kabupaten Jombang pada tahun 2009 adalah baik.
Sementara itu, data kuantitatif dalam penelitian ini digunakan untuk menentukan relibilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan keefektifan pengecoh pada soal. Selanjutnya, data diolah dengan menggunakan program ITEMAN dan BIGSTEP. Kedua program ini digunakan untuk mempermudah dalam menentukan reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan keefektifan pengecoh dengan akurat.
Berdasarkan hasil analisis  dengan program ITEMAN diperoleh skala statistik menunjukkan bahwa nilai alpha Cronbach sebesar 0,894. Koefisien reliabilitas sebesar 0,894 ditafsirkan bahwa soal UASBN matematika SD di kabupaten Jombang tahun 2010 mempunyai derajat reliabilitas tinggi. Artinya soal UASBN tersebut mempunyai derajat reliabilitas yang baik. Di sisi lain, hasil analisis melalui program ITEMAN terhadap tingkat kesukaran butir soal, daya pembeda dan keberfungsian masing-masing pengecoh soal UASBN matematika Kabupaten Jombang tahun 2010 dapat dirangkum sebagaimana pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1
Rangkuman Kualitas Soal Tes UASBN Matematika Kabupaten Jombang Tahun 2010

No. Soal
Tingkat Kesukaran
Daya Pembeda
Pengecoh
Keterangan
1
Mudah
Diterima
Pengecoh A, C, D tidak berfungsi
Soal perlu direvisi
2
Mudah
Diterima
Pengecoh B, D tidak berfungsi
Soal perlu direvisi
3
Sedang
Diterima
Semua pengecoh berfungsi
Soal sudah baik
4
Sedang
Ditolak
Semua pengecoh berfungsi
Soal sudah baik
5
Mudah
Diterima
Semua pengecoh berfungsi
Soal sudah baik
6
Mudah
Diterima
Pengecoh A, B tidak berfungsi
Soal perlu direvisi
7
Mudah
Ditolak
Pengecoh A, B, C tidak berfungsi
Soal perlu direvisi
8
Mudah
Diterima
Pengecoh C tidak berfungsi
Soal perlu direvisi
9
Sedang
Diterima
Pengecoh D tidak berfungsi
Soal perlu direvisi
10
Sedang
Diterima
Semua pengecoh berfungsi
Soal sudah baik
11
Mudah
Diterima
Pengecoh A tidak berfungsi
Soal perlu direvisi
12
Sedang
Diterima
Semua pengecoh berfungsi
Soal sudah baik
13
Mudah
Diterima
Semua pengecoh berfungsi
Soal sudah baik
14
Sedang
Diterima
Semua pengecoh berfungsi
Soal sudah baik
15
Sedang
Diterima
Semua pengecoh berfungsi
Soal sudah baik
16
Sedang
Diterima
Semua pengecoh berfungsi
Soal sudah baik
17
Mudah
Diterima
Pengecoh C, D tidak berfungsi
Soal perlu direvisi
18
Mudah
Diterima
Pengecoh D tidak berfungsi
Soal perlu direvisi
19
Sedang
Diterima
Semua pengecoh berfungsi
Soal sudah baik
20
Mudah
Diterima
Pengecoh B tidak berfungsi
Soal perlu direvisi
21
Mudah
Diterima
Pengecoh C, D tidak berfungsi
Soal perlu direvisi
22
Sedang
Diterima
Semua pengecoh berfungsi
Soal sudah baik
23
Sedang
Diterima
Semua pengecoh berfungsi
Soal sudah baik
24
Sedang
Diterima
Semua pengecoh berfungsi
Soal sudah baik
25
Sedang
Diterima
Pengecoh A tidak berfungsi
Soal perlu direvisi
26
Mudah
Diterima
Pengecoh D tidak berfungsi
Soal perlu direvisi
27
Mudah
Ditolak
Pengecoh C tidak berfungsi
Soal perlu direvisi
28
Sedang
Diterima
Semua pengecoh berfungsi
Soal sudah baik
29
Mudah
Diterima
Pengecoh B, C, D tidak berfungsi
Soal perlu direvisi
30
Sedang
Diterima
Pengecoh A tidak berfungsi
Soal perlu direvisi
31
Sedang
Diterima
Semua pengecoh berfungsi
Soal sudah baik
32
Sedang
Diterima
Semua pengecoh berfungsi
Soal sudah baik
33
Mudah
Diterima
Pengecoh B, D tidak berfungsi
Soal perlu direvisi
34
Sedang
Diterima
Semua pengecoh berfungsi
Soal sudah baik
35
Sedang
Diterima
Semua pengecoh berfungsi
Soal sudah baik
36
Sedang
Diterima
Pengecoh D tidak berfungsi
Soal perlu direvisi
37
Mudah
Diterima
Semua pengecoh berfungsi
Soal sudah baik
38
Sulit
Diterima
Semua pengecoh berfungsi
Soal perlu direvisi
39
Sedang
Diterima
Semua pengecoh berfungsi
Soal sudah baik
40
Sedang
Diterima
Pengecoh B tidak berfungsi
Soal perlu direvisi

Berdasarkan Tabel 1 tampak bahwa terdapat 20 soal yang perlu direvisi baik dilihat dari tingkat kesukaran, daya pembeda, dan sebaran jawaban. Selanjutnya, uraian akan lebih difokuskan untuk masing-masing aspek seperti tingkat kesukaran, daya pembeda dan pengecoh. Pembahasan juga akan dilengkapi dan dipadu dengan output  dari program BIGSTEP.
a.      Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran suatu butir soal menunjukkan proporsi atau prosentase subjek yang menjawab butir tes tertentu dengan benar. Sedangkan angka yang menunjukkan sulit atau mudahnya suatu butir soal disebut indeks kesukaran. Hasil analisis tingkat kesukaran pada program ITEMAN yang disajikan pada Tabel 1, dapat dibuat secara spesifik seperti terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2

Tingkat Kesukaran

Kategori
No. item
Jml item
Mudah
1,2,5,6,7,8,11,13,17,18,20,21,26,27,29,33,37
17
Sedang
3,4,9,10,12,14,15,16,19,22,23,24,25,28,30,31,32,35,36,39,40
22
  Sukar
38
1
Jumlah
40

Berdasarkan Tabel 2, ada satu butir soal yang memiliki  tingkat kriteria kesukaran  kurang baik sehingga perlu direvisi. Butir soal tersebut adalah butir soal nomor 38. Hal itu juga didukung output program BIGSTEP bahwa dari kolom measure,  butir soal nomor 38  memiliki measure lebih dari 2 sehingga termasuk dalam kategori butir soal yang sulit. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa materi yang belum dikuasai oleh sebagian besar peserta tes UASBN Matematika SD/MI di Kabupaten Jombang tahun 2010 adalah materi tentang diagram lingkaran.  Tampilan secara grafis, butir soal nomor 38 tersebut dari hasil output BIGSTEP disajikan pada Gambar 1.
  -3     -2     -1      0      1      2      3      4      5
                  |------+------+------+------+------+------+------+------|
  38 38-MATERI-DI            .                 0      :       1 .
   4 04-MATERI-OP            .             0   .   :       1    .
  34 34-MATERI-VO            .             0   .  :       1     .
   3 03-MATERI-OP            .           0     . :       1      .
  15 15-MATERI-PE            .          0      :       1        .
  30 30-MATERI-KE            .      0       :  .    1           .
  16 16-MATERI-SK            .      0       :  .   1            .
  23 23-MATERI-SA            .      0       :  .   1            .
  10 10-MATERI-PE            .      0      :   .   1            .
  32 32-MATERI-LU            .      0      :   .   1            .
  35 35-MATERI-LU            .      0      :   .   1            .
  31 31-MATERI-BA            .     0       :   .   1            .
  19 19-MATERI-SA            .     0       :   .  1             .
  22 22-MATERI-SA            .     0       :   .  1             .
  40 40-MATERI-ST            .     0      :    .  1             .
  12 12-MATERI-KP            .     0      :    .  1             .
  28 28-MATERI-SI            .    0      :     . 1              .
  14 14-MATERI-FP            .   0       :     . 1              .
  24 24-MATERI-KE            .   0      :      .1               .
  36 36-MATERI-KO            .  0       :      .1               .
   9 09-MATERI-PE            . 0       :       1                .
  39 39-MATERI-ST            . 0       :       1                .
  25 25-MATERI-SI            . 0       :      1.                .
   5 05-MATERI-OP            . 0       :      1.                .
  27 27-MATERI-PE            .0      :       1 .                .
  37 37-MATERI-DI            0       :       1 .                .
   8 08-MATERI-PE           0.      :       1  .                .
  26 26-MATERI-BA           0.      :       1  .                .
  13 13-MATERI-FP           0.      :      1   .                .
  18 18-MATERI-BA          0 .     :       1   .                .
  20 20-MATERI-SA         0  .   :       1     .                .
  33 33-MATERI-JA        0   .   :       1     .                .
  11 11-MATERI-KP        0   .   :       1     .                .
  21 21-MATERI-SA       0    .  :       1      .                .
  17 17-MATERI-AK      0     . :       1       .                .
   2 02-MATERI-OP      0     . :      1        .                .
   6 06-MATERI-PE     0      .:       1        .                .
  29 29-MATERI-SI  0      :  .    1            .                .
   1 01-MATERI-OP 0       :  .    1            .                .
   7 07-MATERI-PE 0     :    .  1              .                .
                  |------+------+------+------+------+------+------+------|
                 -3     -2     -1      0      1      2      3      4      5

Gambar 1 Sebaran Letak Butir Soal pada Skala Hasil Output BIGSTEPS
Gambar 1 menunjukkan bahwa semakin ke kiri letak sebuah butir pada skala menggambarkan semakin mudah soal itu. Dalam hal ini, soal 7 adalah soal yang paling mudah karena mendekati angka 1 pada skala yang ada. Sebaliknya, semakin ke kanan letak suatu butir pada skala, akan sulit soal tersebut. Pada kasus ini terdapat satu butir soal yang berada pada skala yang mendekati 4, yaitu soal nomor 38. Hal ini menunjukkan bahwa butir soal tersebut tergolong soal yang sulit.
Bila dicermati dari indicator, maka indikator butir soal pada nomor 38 adalah menentukan salah satu unsur yang belum diketahui dari gambar diagram lingkaran yang disajikan.” Akan tetapi dalam soal yang ditanyakan adalah jumlah ternak kerbau dan sapi. Hal ini sudah lebih dari satu unsur, seperti dikutip di bawah ini:
“Jika banyak ternak sapi pada diagram lingkaran                     
di samping ada 600 ekor, maka jumlah ternak
kerbau dan kambing adalah….”
a.       450                           b. 720                       c. 1.170                       d. 1.620

b.      Indeks Daya Pembeda
Daya pembeda butir merupakan kemampuan suatu butir untuk membedakan antara peserta tes yang pandai dengan peserta tes yang kurang pandai. Daya pembeda butir soal sering digunakan dalam tes hasil belajar adalah dengan cara menggunakan indeks korelasi antara skor butir dengan skor totalnya. Teknik korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik point biserial. Output program ITEMAN yang disajikan pada Tabel 1, dapat dirangkum sebagaimana Tabel 3 di bawah ini:

Tabel 3

Rangkuman Daya pembeda

Kategori
Nomor item
Jml
Sangat Memuaskan
3, 6, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 18, 19, 20, 21, 23, 24, 25, 26, 30, 31, 32, 33, 35, 36, 37, 40
25
Memuaskan
1, 2, 5, 9, 15, 16, 22, 28, 29, 34, 38, 39
12
Tidak Memuaskan
7
1
Sangat Tidak Memuaskan
4, 27
2
Jumlah
40

Berdasarkan Tabel 3, terdapat satu butir soal yakni soal nomor 7  memiliki rpbis = 0,269 sehingga dikategorikan memiliki daya pembeda tidak memuaskan. Dengan demikian, memerlukan revisi kecil. Di samping itu terdapat 2 butir soal yang dikategorikan memiliki daya pembeda sangat tidak memuaskan sehingga memerlukan revisi total. Kedua butir soal tersebut adalah butir soal nomor 4 dan 27. Butir soal nomor 4 memiliki nilai rpbis = 0,188, dan butir soal nomor 27 memiliki nilai rpbis = 0,116.
Hasil analisis program BIGSTEP juga menunjukkan bahwa terdapat 4 butir soal yang memiliki outfit lebih dari 2 yakni butir soal nomor 4, 14, 27 dan 38, seperti terlihat pada Gambar 2. Dengan demikian, keempat butir soal tersebut perlu dihapus agar tidak mengganggu jalannya proses analisis. Soal nomor 4 dan 14, seperti hasil analisis kualitatif juga menunjukkan bahwa keduanya menimbulkan kebingungan pada siswa dalam memahami soal. Sementara itu, soal nomor 38 memiliki tingkat  kesulitan yang tinggi, sehingga wajar kalau banyak siswa yang melakukan penerkaan dalam proses menjawabanya. Oleh karena itu, soal ini tidak mampu membedakan antara siswa yang pandai dan kurang.

  NUM  SCORE  COUNT  MEASURE   ERROR|MNSQ INFIT|MNSQ OUTFT|PTBIS| NAME                             
|-----------------------------------+----------+----------+-----+---
|    1    226   246    -1.87     .24| .95   -.2|1.07    .3|  .27| 01 |
|    2    212   246    -1.20     .20| .96   -.2| .99    .0|  .33| 02 |
|    3    105   246     1.44     .15| .97   -.5| .91   -.9|  .44| 03 |
|    4     93   246     1.71     .15|1.32   4.4|1.75   5.7|  .10| 04 |
|    5    173   246     -.05     .16|1.14   1.9|1.28   1.7|  .26| 05 |
|    6    214   246    -1.29     .20| .96   -.3| .74   -.8|  .36| 06 |
|    7    230   246    -2.13     .27| .97   -.1|1.37    .9|  .20| 07 |
|    8    188   246     -.43     .17| .85  -1.9| .84   -.8|  .51| 08 |
|    9    171   246      .00     .15|1.08   1.1|1.12    .8|  .32| 09 |
|   10    143   246      .63     .15| .77  -4.2| .70  -3.0|  .62| 10 |
|   11    203   246     -.88     .18| .91   -.9| .73  -1.1|  .43| 11 |
|   12    151   246      .46     .15|1.04    .7|1.03    .3|  .38| 12 |
|   13    188   245     -.46     .17| .93   -.9| .77  -1.2|  .44| 13 |
|   14    159   245      .27     .15|1.03    .4|2.70   9.1|  .38| 14 |
|   15    116   246     1.21     .15|1.16   2.6|1.15   1.6|  .27| 15 |
|   16    141   246      .68     .15|1.18   2.9|1.13   1.2|  .26| 16 |
|   17    211   246    -1.17     .20| .90   -.8| .82   -.6|  .41| 17 |
|   18    192   245     -.56     .17| .91  -1.1| .76  -1.2|  .46| 18 |
|   19    148   246      .52     .15| .95   -.7| .94   -.5|  .46| 19 |
|   20    201   246     -.82     .18| .85  -1.6| .62  -1.8|  .50| 20 |
|   21    207   246    -1.02     .19| .98   -.2|1.32   1.2|  .34| 21 |
|   22    148   244      .51     .15|1.15   2.3|1.07    .7|  .28| 22 |
|   23    142   246      .65     .15| .98   -.3| .91   -.8|  .44| 23 |
|   24    162   245      .21     .15| .89  -1.7| .79  -1.6|  .50| 24 |
|   25    172   245     -.04     .16| .91  -1.3| .79  -1.4|  .48| 25 |
|   26    188   246     -.43     .17|1.00    .0|1.03    .2|  .37| 26 |
|   27    181   246     -.25     .16|1.38   4.5|1.66   3.3|  .03| 27 |
|   28    157   246      .33     .15|1.16   2.4|1.13   1.0|  .27| 28 |
|   29    225   246    -1.81     .24| .91   -.5| .70   -.7|  .33| 29 |
|   30    138   246      .74     .15| .82  -3.2| .75  -2.6|  .58| 30 |
|   31    147   246      .55     .15| .86  -2.3| .79  -2.0|  .54| 31 |
|   32    143   245      .63     .15| .87  -2.1| .79  -2.0|  .52| 32 |
|   33    202   246     -.85     .18| .94   -.6| .76  -1.0|  .40| 33 |
|   34     97   246     1.62     .15|1.11   1.7|1.19   1.8|  .28| 34 |
|   35    143   244      .60     .15| .85  -2.6| .77  -2.2|  .55| 35 |
|   36    166   246      .12     .15| .95   -.7| .86  -1.0|  .45| 36 |
|   37    182   245     -.30     .16|1.02    .3| .95   -.2|  .36| 37 |
|   38     72   246     2.21     .16|1.09   1.1|1.31   2.1|  .27| 38 |
|   39    171   246      .00     .15| .85  -2.2| .71  -2.1|  .53| 39 |
|   40    150   246      .48     .15|1.10   1.6|1.03    .3|  .33| 40 |
+---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Gambar 2 Hasil Output BIGSTEPS Terkait dengan Outfit
c.       Efektifitas Distraktor
Alternatif jawaban terdiri dari 2 bagian yaitu kunci jawaban dan pengecoh. Apabila proporsi peserta tes yang menjawab dengan salah atau memilih suatu pengecoh kurang dari 5%, maka butir soal tersebut perlu direvisi. Hasil analisis dengan program ITEMAN seperti yang disajikan pada Tabel 1  bahwa tidak terdapat daya pengecoh yang lebih besar dari daya pembeda kunci jawaban. Namun dari program  ITEMAN dan BIGSTEP diketahui bahwa pengecoh yang tidak baik terdapat pada butir soal nomor-nomor berikut, seperti disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4
Rangkuman Efektifitas Pengecoh

No.
No. Soal
Pengecoh
1
1
Pengecoh A, C, D tidak berfungsi
2
2
Pengecoh B, D tidak berfungsi
3
6
Pengecoh A, B tidak berfungsi
4
7
Pengecoh A, B, C tidak berfungsi
5
8
Pengecoh C tidak berfungsi
6
9
Pengecoh D tidak berfungsi
7
11
Pengecoh A tidak berfungsi
8
17
Pengecoh C, D tidak berfungsi
9
18
Pengecoh D tidak berfungsi
10
20
Pengecoh B tidak berfungsi
11
21
Pengecoh C, D tidak berfungsi
12
25
Pengecoh A tidak berfungsi
13
26
Pengecoh D tidak berfungsi
14
27
Pengecoh C tidak berfungsi
15
29
Pengecoh B, C, D tidak berfungsi
16
30
Pengecoh A tidak berfungsi
17
33
Pengecoh B, D tidak berfungsi
18
36
Pengecoh D tidak berfungsi
19
40
Pengecoh B tidak berfungsi

Berdasarkan Tabel 4, pengecoh-pengecoh tersebut perlu direvisi agar berfungsi dengan baik. Artinya, anak yang mengalami kesulitan menyelesaikan pada butir di atas, akan lebih banyak yang memilih option (pilihan) yang dimaksud.

4.      SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. Pertama, dari aspek teoritis, validitas isi dan konstruk sudah baik. Namun dari segi validitas muka terdapat 3 butir soal yang perlu direvisi karena belum jelas atau menimbulkan tafsiran ganda. Tiga butir soal tersebut adalah butir soal nomor 4, 14, dan 16. Secara keseluruhan dari segi teoritis baik validitas isi, konstruk, dan muka sudah baik. Kedua, secara empiris: (i) reliabilitas soal UASBN termasuk dalam kategori  tinggi dengan nilai alpha sebesar 0,894 dan dikategorikan sebagai reliabilitas yang baik, (ii) Pada aspek daya pembeda, terdapat 38 butir soal yang sudah baik dan 2 butir soal yang perlu direvisi karena memiliki nilai indeks daya pembeda kurang dari 0,3. Kedua butir soal tersebut adalah butir soal nomor 4 dan 27, (iii) Pada aspek tingkat kesukaran, terdapat 39 butir soal yang sudah baik dan terdapat 1 butir soal dengan tingkat kesukaran yang tinggi dan perlu direvisi karena nilainya kurang dari 0,3. Butir soal tersebut adalah butir soal nomor 38 dengan materi tentang diagram lingkaran, (iv) Terdapat 21 butir soal memiliki pengecoh berfungsi dengan baik dan terdapat 19 buah butir soal dengan sebagian atau semua distraktor/pengecoh yang tidak berfungsi.
Berdasarkan temuan penelitian tersebut, dapat dibuat saran sebagai berikut. Pertama, para guru perlu dibekali atau dibiasakan dengan kegiatan analisis soal, agar soal yang dihasilkan mampu mengukur kemampuan anak yang sebenarnya.  Kedua, perlu diadakannya pelatihan dalam membuat tes untuk para guru terutama bagi yang bertugas dalam menyusun soal UASBN agar diperoleh suatu tes yang berkualitas.

5.      DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, S. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Azwar,  S. (1996). Tes prestasi: Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Depdiknas (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20, Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Depdiknas (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19, Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan.
Gronlound, N.E. & Linn, R.L.(1990). Measurement and evaluation in teaching. New York: Macmillan Publishing Company.
Hart, D. (1994). Authentic assessment: A Handbook for education. California: Addison Wesley Publishing Company.
Isnanda, T. (2009). Karakteristik soal matematika Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) di Kota Pontianak Kalimantan Barat. Tesis magister, tidak diterbitkan. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Mardapi, D. (2008). Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press.
Mardapi. D. (2004). Penyusunan tes hasil belajar. Yogyakarta: PPs Universitas Negeri Yogyakarta.
Nitko, A.J. & Brookhart, S.M. (2007). Educational assessment of student. (6th ed). Columbus, Ohio: Pearson Merril Prentice Hall.
Popham, W.J. (2004). Classroom assessment, what teachers need to know. Boston: Allyn Bacon.
Stecher, B.M., et al. (1997). Using alternative assessment in vocational education. (versi electronic). National Center for Research in Vocational Education. University of California, Berkeley. Published bay RAND.
Surapranata, S. (2005). Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Susanto, H.A. (2000). Kualitas Soal UASBN Mata Pelajaran Matematika SD di Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo. Tesis. Tidak Dipublikasikan. Surabaya: Pascasarjana UNESA.
Wilson, M.R. & Bertenthal, M.W. (2005). System for state science assessment. Washington: Committee on Test Design for K-12 Science Achievement, Naional Research Council.

Title Post: Karakter Dan Kualitas Soal UASBN Pelajaran Matematika SD/MI Di Jombang
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Author: Unknown

Terimakasih sudah berkunjung di blog-kusaeri, Jika ada kritik dan saran silahkan tinggalkan komentar

0 komentar:

Posting Komentar