Pernahkah Anda
membayangkan kalau matematika yang saat ini ada,melibatkan peran tokoh Islam yang tidak
sedikit dalam perkembanganya? Pertanyaan
ini sangaja dimunculkan karena sebagian orang masih memandang apriori terhadap
matematika. Mereka berpikir bahwa matematika tidak Islami. Matematika dianggap bertentangan dengan
nilai-nilai Islam.
Untuk itulah, tulisan ini akan menjawabnya berdasarkan hasil penelusuran berbagai jurnal, manuskrip dan teks-teks sejarah. Mungkin tulisan ini belum lengkap dan utuh dalam memotret sejarah matematika, namun setidaknya dapat memberikan wawasan awal bagi para pembaca.
Untuk itulah, tulisan ini akan menjawabnya berdasarkan hasil penelusuran berbagai jurnal, manuskrip dan teks-teks sejarah. Mungkin tulisan ini belum lengkap dan utuh dalam memotret sejarah matematika, namun setidaknya dapat memberikan wawasan awal bagi para pembaca.
Sejarah matematika
diawali dengan temuan-temuan terkait dengan aljabar. Aljabar merupakan cabang
matematika yang sangat penting dalam membentuk karakter matematika anak, karena
dengan aljabar anak dilatih berpikir numerik, kritis, kreatif, bernalar dan
berpikir abstrak. Dengan aljabar pula, anak dikenalkan bilangan, variabel dan
berbagai simbol matematika yang familier dalam
kehidupan sehari-hari.
Dalam sejarah, aljabar
berkembang dalam tiga tahapan. Pertama, tahap retorikal (the rethorical
stage). Tahapan ini ditandai dengan digunakannya bahasa
sehari-hari untuk menyelesaikan permasalahan tertentu dan belum digunakannya
simbol untuk mewakili sesuatu yang tidak diketahui. Kedua, tahap syncopated
aljabar. Tahapan ini muncul sejak dikenalkannya penggunaan simbol berupa
huruf terkait dengan pernyataan aljabar. Kedua,
tahap inovasi vieta atau simbolik. Tahapan
ini merupakan tahapan krusial dalam perkembangan simbolisasi aljabar, yakni
aljabar simbol. Pada tahapan ini pula, mulai dimungkinkan menyatakan aljabar
sebagai alat untuk memberikan aturan-aturan berkaitan dengan relasi secara
numerik.
Ketiga tahapan di atas bila
dirinci abad per abad dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama, aljabar diindikasikan ada
pertama kali di Mesopotamia (4000
tahun sebelum masehi atau SM). Pada masa ini, matematika Mesopotamia berakar
pada permasalahan akutansi yang sejak
awal merupakan bagian penting sistem birokrasi Dinasti Mesopotamia pertama. Model inilah pada akhirnya berkembang menjadi
aljabar di Babylonia (2000-1700 SM).
Kedua, aljabar selanjutnya
ditemukan di Mesir (tahun 1650 SM). Tulisan Rhind
Mathematical Papyrus atau lebih dikenal A’h-mose
Papyrus merupakan tulisan yang sangat terkenal pada masa ini. Contoh permasalahan aljabar pada Papyrus: ”Sebuah bilangan ditambahkan dengan 1/7 dari bilangan itu hasilnya
19. Berapakah bilangan yang dimaksud?”
Itulah salah satu contoh cuplikan permasalahan aljabar yang ditemukan pada
naskah Papyrus.
Ketiga, aljabar ditemukan pula di
zaman Babylonia Kuno periode sekitar
1700 SM. Babylonia Kuno merupakan negara di semenanjung Persia, yang saat ini
menjadi negara Irak dan Iran. Pada masa
ini, ditemukan lebih banyak bukti tentang permasalahan aljabar, karena para penulis Babylonia menulisnya di
prasasti bebatuan sehingga peninggalannya masih ada hingga sekarang. Beberapa
permasalahan yang tertulis di antaranya: x2
+ x = ¾; dan x2 – x = 870.
Keempat, bila ditelusuri di China sekitar tahun
200 SM dapat ditemukan pula buku
matematika China yang paling terkenal yakni sebuah buku klasik berisi ringkasan
permasalahan-permasalahan matematika. Buku tersebut diberi judul Jiuzhang Suanshu (Nine Chapter on the
Mathematical Art). Seperti halnya dengan penulis-penulis Babylonia, penulis
China juga berupaya memasukkan setiap permasalahan dengan algoritma
penyelesaian yang rinci, namun tidak didiskusikan bagaimana metode penyelesaian
yang digunakan didapatkan.
Kelima, pada abad ke-9 di Bagdad ditemukan seorang ilmuwan
besar bernama Mohammad ibn Musa al-Khawarizwi (780-850 M), dengan naskah
aljabar yang dituangkan dalam buku Al-kitab
al-muhtasar fi hisab al-jabr w’al-muqabala. Al-Khawarizwi dikenal sebagai
ilmuwan besar dan terbaik di zamannya karena dia berani merintis dan mendobrak
tradisi keilmuan dalam Islam. Bagian pertama buku ini berisi petunjuk cara
menyelesaikan persamaan kuadrat dan linear. Bila membaca tulisan-tulisan al-Khawarizwi,
maka didapatkan: “Aturan-aturan pada al-jabr
dan al-muqabala yang merujuk pada prosedur-prosedur baku penyelesaian
persamaan.” Al-jabr berarti operasi
memindahkan suatu kuantitas/bilangan dari satu ruas ke ruas lainnya dengan cara
mengurangi kuantitas/bilangan itu. Sementara itu, al-muqabala merujuk kepada pengurangan suku-suku positif dengan
mengurangi bilangan yang sama pada kedua ruas persamaan. Sebagai contoh,
mengubah 3x + 2 = 4 - 2x menjadi 5x + 2
= 4 adalah contoh al-jabr, sedangkan
mengubah 5x + 2 = 4 menjadi 5x = 2 merupakan contoh al-muqabala .
Karya Islam lain yang
sangat berharga dan memberikan sumbangan terhadap perkembangan aljabar dapat
dijumpai pada naskah “The al-jabr w’al
muqabala,” ditulis oleh Omar Kayyam sekitar tahun 1100 M. Omar Kayyam
berpendapat bahwa salah satu cabang ilmu pengetahuan yang diperlukan di dalam
filsafat matematika adalah ilmu tentang al-jabr
dan al-muqabala. Ilmu ini memiliki
tujuan untuk menentukan hal-hal yang belum diketahui (variabel) baik secara
numerik maupun geomeri. Dengan kata
lain, ilmu al-jabr pada abad ke-12
yang akhirnya berubah menjadi “aljabar,” memiliki tujuan untuk menyelesaikan
persamaan.
Keenam, para matematikawan Islam dan
Eropa (bertempat di Italia) pada abad ke-16 melakukan suatu rangkaian kerjasama
untuk menyelesaikan persamaan secara aljabar. Akan tetapi, mereka belum ada
yang berhasil menyelesaikannya hingga tahun 1510 M (zaman Scipio del Ferro).
Penyelesaian persamaan pertama kali dipublikasikan oleh Gerolamo Cardano dalam
bukunya Ars Magna, sive de Regulis
Algebraicis (The Great Art, or on the
Rules of Algebra) tahun 1545 M. Karya-karya al-Khawarizwi, pada masa ini
juga diterjemahkan oleh ilmuwan Eropa bernama Robert Chester dan Gerard Cremona.
Pada masa inilah mulai redupnya
ilmuwan-ilmun Islam di Timur Tengah, dan matematika menjadi lebih berkembang di
Eropa.
Mulai abad ke-18, ilmuwan-ilmuwan
Eropa yang dipelopori Leonard Euler mulai berjaya. Euler menulis buku Introduction to Algebra. Buku ini
berupaya merangkum semua karya yang telah
dikerjakan oleh para ilmuwan sebelumnya. Teks pertama yang ditanganinya adalah
sifat-sifat bilangan bulat, pecahan, bilangan rasional, dan bilangan kompleks.
Euler juga berjasa dalam mengenalkan bilangan imajiner sebagai bilangan yang ada di dalam imajinasi
manusia, akan tetapi memiliki sifat bahwa bila dikalikan dengan dirinya sendiri
hasilnya berupa bilangan negatif.
Pada abad ke-20,
aljabar terus berkembang di Eropa dengan tokoh Maclane dan Birkhoff. Mereka
memandang aljabar sebagai seni dalam memanipulasi penjumlahan, perkalian dan
perpangkatan bilangan. Aturan-aturan pada manipulasi ini dikenakan pada semua
bilangan, dan banyak manipulasi dikenakan pada huruf sebagai representasi dari
bilangan.
Beberapa pelajaran
penting yang dapat dipetik dari sejarah perkembangan matematika di atas. Pertama, secara historis redupnya peran
tokoh Islam dalam perkembangan matematika sejak abad ke-18 disebabkan karena
mereka kurang mendapatkan penghargaan di Timur Tengah. Mereka lebih merasa
dihargai di Eropa. Akibatnya, mereka lebih cenderung berbondong-bondong pindah
ke universitas-universitas di Eropa dan memperkuat basis keilmuan di Eropa. Penghargaan
tidak harus dalam bentuk materi, namun kesempatan untuk mengaktualisasikan diri
guna mengembangkan keilmuanya. Untuk itulah,
agar Islam kembali berjaya dan menjadi leading
dalam ilmu-ilmu umum seperti yang terjadi pada abad ke-9, maka perguruan tinggi
Islam jangan sampai menafikan pula ilmu-ilmu umum. Budaya keilmuan,
perhatian terhadap para ilmuwan/dosen,
dan fasilitas-fasilitas yang memberikan kemudahan akses referensi seperti yang
dilakukan perguruan tinggi di Amerika, Eropa dan Australia harus segera
dilakukan.
Kedua, sejarah memberikan gambaran
kepada kita bahwa matematika hadir dipelopori oleh tokoh-tokoh Islam. Perenungan
atau reifikasi diperlukan untuk memahami dan mengembangkan matematika. Sejarah juga menunjukkan bahwa reifikasi telah
menjadi senjata utama melawan kesulitan yang muncul sebagai akibat mempelajari
dan mengembangkan matematika yang abstrak. Oleh karena itu, agar generasi Islam
ke depan kembali mencintai matematika, mereka juga harus diberi kesempatan
untuk selalu melakukan reifikasi. Agar hal itu dapat terwujud, maka berbagai
fasilitas dan kesejahteraan yang mendukung kondisi itu harus segera diwujudkan.
Jika hal itu diwujudkan, maka insya Allah Islam kembali akan berjaya seperti
yang terjadi pada abad ke-9.
Semoga tulisan
sederhana ini dapat memberikan manfaat dan memberikan inspirasi munculnya
kajian sejenis. Amien…3x.
Referensi:
Euler,
L. (1984). Elements
of Algebra (Diterjemahkan oleh John Hawlett dari Bahasa Perancis). New
York: Springer-Verlag.
Harvey,
J.G., Waits, B.K., & Demana, F.D. (1995). The influence of technology on
the teaching and learning of algebra. Journal
of Mathematical Behavior, 14, 75-109.
Herman,
M.F. (2007). What students choose to do
and have to say about use of
multiple representations in college algebra. Journal
of Computers in Mathematics and Science Teaching, 26 (1), 27-54.
Kasir,
D.S. (1931). The algebra of Omar Khayyam.
New York: Teachers College of Columbia University.
Katz,
V.J. (1997). Algebra and its teaching: An historical survey. Journal
of Mathematical Behavior, 16 (1), 25-38.
Katz,
V.Z. (2007). Stages in the history of algebra with implications for teaching. Educational Studies of Mathematics, 66:185-201.
Sfard,
A. (1995). The development of algebra: Confronting historical and psychological
perspectives.
Journal of Mathematical Behavior, 14:15-39.
Title Post: ISLAM DAN PERKEMBANGAN MATEMATIKA | SEJARAH ALJABAR
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Author: Unknown
Terimakasih sudah berkunjung di blog-kusaeri, Jika ada kritik dan saran silahkan tinggalkan komentar
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Author: Unknown
Terimakasih sudah berkunjung di blog-kusaeri, Jika ada kritik dan saran silahkan tinggalkan komentar
1 komentar:
Teima kasih , sangat membantu.
Posting Komentar