Dalam pembelajaran, penilaian
memegang peranan penting. Dengan penilaian akan diperoleh informasi yang dapat
digunakan untuk membuat keputusan-keputusan tentang siswa, kurikulum, program,
sekolah, dan kebijakan-kebijakan pendidikan (Nitko & Brookhart, 2007:4).
Menurut Stecher et al. (2007:13); Hart, (1994:1);
Wilson & Bertenthal (2005:4); dan Gronlound & Linn (1990:5) penilaian
merupakan suatu proses yang sistematis dan mencakup kegiatan mengumpulkan,
menganalisis, serta menginterpretasikan informasi.
Tujuannya untuk menentukan seberapa jauh seorang siswa atau sekelompok siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan.
Tujuannya untuk menentukan seberapa jauh seorang siswa atau sekelompok siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan.
Dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, penilaian diatur dalam bab XVI
pasal 57, 58, dan 59. Penjabaran lebih lanjut tentang pelaksanaan penilaian
dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Pasal 63 ayat (1) menyebutkan bahwa penilaian pendidikan pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: (1) Penilaian hasil belajar
oleh pendidik, (2) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan (3)
Penilaian hasil belajar oleh pemerintah.
Penilaian hasil belajar oleh
pendidik dan satuan pendidikan merupakan bentuk evaluasi internal, sedangkan
penilaian hasil belajar oleh pemerintah merupakan evaluasi eksternal (umum).
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dan satuan pendidikan bertujuan untuk
memantau proses dan kemajuan peserta didik dalam mencapai kompetensi yang
ditentukan, sedangkan penilaian oleh pemerintah bertujuan untuk menilai
pencapaian kompetensi lulusan secara nasional.
Untuk menilai hasil belajar siswa
Sekolah Dasar (SD), sejak tahun 2006/2007 ditetapkan dalam bentuk Ujian Akhir
Sekolah Berstandar Nasional (UASBN). UASBN ini bertujuan: (a) menilai
pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia, matematika, dan ilmu pengetahuan alam (IPA); (b) mendorong
tercapainya target wajib belajar pendidikan dasar yang bermutu; dan (c)
meningkatkan peran dan fungsi UASBN sebagai sertifikasi, seleksi, pemetaan mutu
satuan pendidikan, dan sebagai dasar pembinaan
serta pemberian bantuan kepada satuan pendidikan.
Hasil UASBN mempunyai arti yang sangat penting dan
strategis bagi siswa sekolah dasar. Alasannya, hasil nilai UASBN tersebut akan
dimasukkan sebagai nilai murni yang sangat berpengaruh pada penerimaan siswa
baru dan dimanfaatkan sebagai dasar seleksi penerimaan siswa di Sekolah
Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs). Mengingat kegunaan nilai
UASBN sangat penting, maka wajib disikapi secara serius oleh pihak pengelola
dan pemangku kebijakan yang menaungi pendidikan tingkat sekolah dasar. Untuk
itu, dalam pengelolaan dan penyelenggaraannya harus dilakukan secara profesional,
akurat, objektif, dan adil. Objektifitas penilaian hasil belajar yang dilakukan
sangat bergantung pada kualitas alat ukur (tes) yang digunakan (Arikunto,
2008:60).
Pendapat ini senada dengan yang
dikehendaki oleh Permendiknas Nomor 20 tahun 2007 tentang 9 (Sembilan) prinsip penilaian
yakni: sahih, objektif, adil, terpadu, terbuka, menyeluruh dan
berkesinambungan, sistematis, beracuan criteria, dan akuntabel. Mardapi
(2004:7) juga mempertegas bahwa prinsip-prinsip asesmen atau penilaian yang
penting adalah akurat, ekonomis, dan mendorong peningkatan kualitas pembelajaran.
Agar nilai UASBN dapat
menggambarkan kemampuan siswa yang sesungguhnya, maka perangkat soal yang
digunakan harus memenuhi persyaratan alat ukur yang baik dan teruji dalam
berbagai aspek. Untuk memperoleh data yang akurat, alat ukur yang digunakan
harus memiliki bukti kesahihan dan kehandalan. Sahih berarti alat ukur tersebut
mengukur seperti yang direncanakan, dan handal berarti alat ukur tersebut
menghasilkan data dengan tingkat kesalahan yang sekecil mungkin (Mardapi,
2004:11).
Kenyataan menunjukkan bahwa
pengadaan butir soal yang bermutu (baik secara teoritik maupun empirik)
tidaklah mudah. Diperlukan tahapan-tahapan dan proses standarisasi soal dengan
menggunakan kaidah-kaidah psikometris. Sebelum perangkat soal digunakan, harus
dilakukan tahap telaah terhadap materi, konstruksi, dan bahasa. Penelaahan ini
dimaksudkan untuk melihat kesesuaian isi soal dengan hal-hal yang akan diuji,
kesesuaian soal-soal dengan syarat-syarat psikometris, dan ketepatan serta
kecermatan rumusan soal-soal tersebut. Setelah soal digunakan, barulah
dilakukan tahap analisis empiris untuk mengetahui karakteristik setiap butir
soal yang telah diujikan (Surapranata, 2004:1-4, Isnanda, 2009:4).
Di daerah, kegiatan penelahaan
dan analisis butir-butir soal selama ini
jarang dilakukan. Itulah sebabnya materi, konstruksi soal, bahasa, validitas,
reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan distraktor soal yang
diujikan pada UASBN perlu dipertanyakan. Lebih tepatnya “Apakah soal UASBN yang
dibuat BSNP bersama dengan guru-guru di daerah sudah memenuhi syarat-syarat tes
yang baik atau belum?”
Terkait dengan
tidak dilakukannya uji teoritik dan empirik naskah soal UASBN di daerah,
menyebabkan karakteristik dan kualitas tes belum diketahui. Faktor kualitas tes
yang belum diketahui, akan berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam
mengerjakan tes. Kelemahan ini akan berdampak pada sulitnya menentukan
kemampuan siswa yang sebenarnya. Untuk maksud tersebut, maka tulisan ini akan melaporkan
hasil analisis butir soal UASBN tahun ajaran 2009/2010 pelajaran matematika di
Kabupaten Jombang, baik secara teoritik maupun
secara empirik.
2.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini dirancang
sebagai penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
Dalam penelitian ini, akan dideskripsikan kualitas tes UASBN SD/MI mata
pelajaran matematika di Kabupaten Jombang tahun 2010 ditinjau dari aspek
teoritis dan empiris. Subjek penelitian ini adalah naskah soal dan kisi-kisi
penyusunan soal tes UASBN SD/MI serta lembar jawaban siswa pada mata pelajaran
matematika di Kabupaten Jombang tahun 2010. Data jawaban siswa diperoleh dari lembar jawaban siswa yang
berjumlah 248 buah. Sampel 248 lembar jawaban siswa diperoleh dengan cara random acak dari seluruh peserta
tes UASBN di kabupaten Jombang tahun 2010. Lembar jawaban siswa tersebut
kemudian disalin atas izin dari pihak KASIDIKDAS Dinas Pendidikan kabupaten
Jombang.
Untuk menentukan
kualitas tes ditinjau dari aspek teoritis dilakukan dengan mempertimbangan 3
orang ahli dalam bidang matematika. Apabila 2 ahli menilai cocok maka butir
soal tersebut dikatakan valid, dan sebaliknya. Sementara itu, untuk menentukan
kualitas tes ditinjau dari aspek empiris (kuantitatif), sebanyak 248 lembar jawaban siswa hasil UASBN
pelajaran matematika dianalisis. Pengambilan data 248 lembar jawaban siswa dalam
penelitian ini digunakan random acak. Selanjutnya data dianalisis dengan
menggunakan program BIGSTEP dan ITEMAN. Hasil (output) dari software BIGSTEP
antara lain informasi tentang tingkat kesulitan butir soal (measure difficulty) dalam bentuk skala
logit, indeks kesalahan pengukuran (standard error of measurement), kecocokan
antara data dan model (infit dan outfit), korelasi point bisserial, serta
estimasi tingkat kemampuan peserta tes.
Program
ITEMAN juga digunakan untuk mengetahui kualitas soal yang terkait dengan taraf
kesukaran, daya beda dan efektivitas distraktor, serta statistik tes berupa
reliabilitas hasil tes, dan kesalahan baku hasil pengukuran. Adapun, kriteria
butir soal yang baik, cukup baik dan tidak baik yang digunakan antara lain: (a)
baik, apabila taraf kesukaran 0,25 p 0,75, korelasi biserial (rbis)
butir 0,40 dan korelasi biserial (rbis)
pilihan jawaban bernilai negatif kecuali kunci jawaban, (b) cukup baik, apabila
taraf kesukaran p < 0,25 atau p>0,75 tetapi korelasi biserial (rbis)
butir 0,40 dan pilihan jawaban bernilai negatif
kecuali kunci jawaban, atau taraf kesukaran 0,25 p 0,75 dan korelasi biserial (rbis)
pilihan jawaban bernilai positif selain kunci jawaban, dan (c) tidak baik,
apabila taraf kesukaran p <0,25 atau p>0,75 dan ada korelasi biserial (rbis)
pilihan jawaban positif selain kunci atau korelasi biserial (rbis)
butir < 0,20. Perangkat
soal dan kisi-kisi penyusunan soal UASBN juga dianalisis untuk mengatahui valid
tidaknya butir soal ditinjau dari validitas isi, validitas konstruk, dan
vaiditas muka.
3.
HASIL PENELITAN
DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini ada dua macam bentuk data yaitu data kualitatif dan
data kuantitatif. Data
kualitatif digunakan untuk mengetahui valid tidaknya suatu soal dilihat dari
tiga aspek, yaitu validitas isi, konstruksi, dan bahasa. Hasil analisis menunjukkan
bahwa terdapat tiga butir soal yang tidak memenuhi validitas muka. Ketiga butir
soal tersebut adalah butir soal nomor 4, 14, dan 16. Ketiga butir soal tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut. Soal nomor 4 dapat ditampilkan sebagai
berikut:
“Seekor ikan berada di kedalaman
23 meter di bawah permukaan air. Kemudian berenang naik sejauh 7 meter. Seekor
burung bertengger di pohon dengan ketinggian 5 meter di atas tanah. Jarak urung
dengan ikan adalah ….
Pada soal nomor 4 ini, isi dan konstruksi soal sudah sesuai dengan
indikator yakni menyelesaikan soal cerita berkaitan dengan operasi hitung penjumlahan
dan pengurangan pada bilangan bulat. Namun butir soal ini tidak memenuhi
validitas muka karena bahasa yang dipakai dapat menimbulkan penafsiran ganda. Hal
ini diperkuat dari hasil validasi oleh validator 1 dan 2, bahwa soal terkesan ambigu yang bisa membuat siswa tidak
mengerti, seperti pada kalimat berikut: “Berenangnya ikan naik sejauh 7 meter.”
Pertanyaanya, (a) apakah tegak lurus atau berenang ke depan sambil naik sejauh
7 meter? dan (b) apakah posisi pohon
dengan air tepat berada di atas air? Bisa jadi burung bertengger di dahan pohon
atau ranting pohon yang semakin menjauhi air. Dengan demikian jarak burung
dengan ikan akan semakin jauh.
Sementara itu, dalam penulisan satuan akan lebih baik jika satuan yang di
tanyakan pada soal di letakkan pada akhir kalimat setelah tanda titik-titik
agar siswa lebih paham satuan yang ditanyakan tetap atau berubah, dan untuk
efisiensi dalam penulisan distraktor. Alangkah baik, jelas dan tidak
menimbulkan penafsiran ganda, bila butir
soal nomor 4 tersebut diubah menjadi:
“Sebuah jangkar kapal berada di kedalaman 23 meter di bawah permukaan
laut. Oleh nahkoda kapal, jangkar tersebut ditarik ke atas sejauh 7 meter. Jika
tinggi kapal dari permukaan air adalah 5 meter, maka jarak nahkoda dengan
jangkar adalah ….. meter.
a. 35 b. 25 c.
21 d. 11
Sementara itu, cuplikan soal nomor 14 dapat
ditampilkan sebagai berikut:
“Pak Hadi membagikan bantuan berupa 96 kg beras, 80 bungkus mie instan,
dan 64 kemasan minyak goreng kepada tetangganya. Jika tiap orang menerima
bantuan sama banyak dan merata, berapa orang maksimal tetangga Pak Hadi yag
mendapat bantuan tersebut?”
Pada soal nomor 14 ini, isi dan konstruksi soal sudah sesuai dengan indikator,
yakni: menyelesaikan
soal cerita yang
di dalamnya menggunakan FPB. Namun pada butir soal ini bahasa yang digunakan
kurang jelas. Kata maksimal kurang cocok
digunakan untuk menunjukkan orang. Kata ini lebih baik digunakan untuk
menunjukkan benda mati. Selain itu, tanda tanya pada soal juga tidak sesuai
karena soal UASBN adalah soal pilihan ganda sehingga tidak perlu tanda tanya.
Sementara itu, dalam penulisan satuan akan lebih baik jika satuan yang
ditanyakan pada soal diletakkan pada akhir kalimat setelah tanda titik-titik.
Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih paham satuan yang ditanyakan tetap atau
berubah, dan untuk efisiensi dalam penulisan pengecoh. Agar lebih jelas, soal nomor 14 sebaiknya diubah menjadi:
“..… Jika tiap orang menerima bantuan sama banyak dan merata, maka banyak
tetangga pak Hadi yang mendapat bantuan tersebut adalah …. orang.”
a.
4 b. 8 c.
12 d. 16
Soal nomor 16, dapat ditampilkan cuplikannya sebagai
berikut:
“Jarak kota Solo-Jogja pada peta yang berskala 1 : 550.000 adalah 20 cm.
Jarak sebenarnya kota Solo-Jogja adalah ….”
Pada butir soal nomor 16 di atas, validitas isi dan validitas konstruk
sudah terpenuhi. Artinya isi yang terkandung dalam soal dan aspek berpikirnya
sudah sesuai dengan indikator soal yakni menyelesaikan soal cerita yang menggunakan perhitungan skala.
Namun butir soal ini tidak memenuhi validitas muka karena bahasa yang dipakai
pada butir soal tersebut kurang jelas. Dari segi bahasa, butir soal nomor 16
belum menampakkan soal cerita. Bahasa yang digunakan terlalu singkat.
Agar siswa lebih paham, satuan yang ditanyakan tetap atau berubah, dan
untuk efisiensi dalam penulisan pengecoh, maka dalam penulisan satuan akan
lebih baik jika satuan yang ditanyakan pada soal di letakkan pada akhir kalimat
setelah tanda titik-titik. Agar soal nomor 16 ini menjadi lebih jelas, maka
butir soal dapat diubah menjadi:
“Ahmad mendapat tugas dari gurunya untuk membuat peta dengan skala
1:550.000. Jika jarak kota Solo ke Jogja pada
peta adalah 20 cm, maka jarak sebenarnya kota
Solo-Jogja adalah …. km.”
a.
11 b. 27,5 c. 110 d.
275
Selain ketiga butir yang telah diuraikan di atas, secara keseluruhan
ketiga validitas (validitas isi, validitas konstruk, dan validitas muka) sudah dipenuhi
(valid). Artinya, dilihat dari segi validitas isi, validitas konstruk, dan
validitas muka soal UASBN matematika SD di kabupaten Jombang pada tahun 2009
adalah baik.
Sementara itu, data kuantitatif dalam penelitian ini digunakan untuk
menentukan relibilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan keefektifan
pengecoh pada soal. Selanjutnya, data diolah dengan menggunakan program ITEMAN
dan BIGSTEP. Kedua program ini digunakan untuk mempermudah dalam menentukan
reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan keefektifan pengecoh dengan
akurat.
Berdasarkan hasil analisis dengan
program ITEMAN diperoleh skala statistik menunjukkan bahwa nilai alpha Cronbach sebesar 0,894. Koefisien
reliabilitas sebesar 0,894 ditafsirkan bahwa soal UASBN matematika SD di
kabupaten Jombang tahun 2010 mempunyai derajat reliabilitas tinggi. Artinya
soal UASBN tersebut mempunyai derajat reliabilitas yang baik. Di sisi lain, hasil
analisis melalui program ITEMAN terhadap tingkat kesukaran butir soal, daya
pembeda dan keberfungsian masing-masing pengecoh soal UASBN matematika
Kabupaten Jombang tahun 2010 dapat dirangkum sebagaimana pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1
Rangkuman Kualitas Soal Tes UASBN
Matematika Kabupaten Jombang Tahun 2010
No. Soal
|
Tingkat Kesukaran
|
Daya Pembeda
|
Pengecoh
|
Keterangan
|
1
|
Mudah
|
Diterima
|
Pengecoh A, C, D tidak berfungsi
|
Soal perlu direvisi
|
2
|
Mudah
|
Diterima
|
Pengecoh B, D tidak berfungsi
|
Soal perlu direvisi
|
3
|
Sedang
|
Diterima
|
Semua pengecoh berfungsi
|
Soal sudah baik
|
4
|
Sedang
|
Ditolak
|
Semua pengecoh berfungsi
|
Soal sudah baik
|
5
|
Mudah
|
Diterima
|
Semua pengecoh berfungsi
|
Soal sudah baik
|
6
|
Mudah
|
Diterima
|
Pengecoh A, B tidak berfungsi
|
Soal perlu direvisi
|
7
|
Mudah
|
Ditolak
|
Pengecoh A, B, C tidak berfungsi
|
Soal perlu direvisi
|
8
|
Mudah
|
Diterima
|
Pengecoh C tidak berfungsi
|
Soal perlu direvisi
|
9
|
Sedang
|
Diterima
|
Pengecoh D tidak berfungsi
|
Soal perlu direvisi
|
10
|
Sedang
|
Diterima
|
Semua pengecoh berfungsi
|
Soal sudah baik
|
11
|
Mudah
|
Diterima
|
Pengecoh A tidak berfungsi
|
Soal perlu direvisi
|
12
|
Sedang
|
Diterima
|
Semua pengecoh berfungsi
|
Soal sudah baik
|
13
|
Mudah
|
Diterima
|
Semua pengecoh berfungsi
|
Soal sudah baik
|
14
|
Sedang
|
Diterima
|
Semua pengecoh berfungsi
|
Soal sudah baik
|
15
|
Sedang
|
Diterima
|
Semua pengecoh berfungsi
|
Soal sudah baik
|
16
|
Sedang
|
Diterima
|
Semua pengecoh berfungsi
|
Soal sudah baik
|
17
|
Mudah
|
Diterima
|
Pengecoh C, D tidak berfungsi
|
Soal perlu direvisi
|
18
|
Mudah
|
Diterima
|
Pengecoh D tidak berfungsi
|
Soal perlu direvisi
|
19
|
Sedang
|
Diterima
|
Semua pengecoh berfungsi
|
Soal sudah baik
|
20
|
Mudah
|
Diterima
|
Pengecoh B tidak berfungsi
|
Soal perlu direvisi
|
21
|
Mudah
|
Diterima
|
Pengecoh C, D tidak berfungsi
|
Soal perlu direvisi
|
22
|
Sedang
|
Diterima
|
Semua pengecoh berfungsi
|
Soal sudah baik
|
23
|
Sedang
|
Diterima
|
Semua pengecoh berfungsi
|
Soal sudah baik
|
24
|
Sedang
|
Diterima
|
Semua pengecoh berfungsi
|
Soal sudah baik
|
25
|
Sedang
|
Diterima
|
Pengecoh A tidak berfungsi
|
Soal perlu direvisi
|
26
|
Mudah
|
Diterima
|
Pengecoh D tidak berfungsi
|
Soal perlu direvisi
|
27
|
Mudah
|
Ditolak
|
Pengecoh C tidak berfungsi
|
Soal perlu direvisi
|
28
|
Sedang
|
Diterima
|
Semua pengecoh berfungsi
|
Soal sudah baik
|
29
|
Mudah
|
Diterima
|
Pengecoh B, C, D tidak berfungsi
|
Soal perlu direvisi
|
30
|
Sedang
|
Diterima
|
Pengecoh A tidak berfungsi
|
Soal perlu direvisi
|
31
|
Sedang
|
Diterima
|
Semua pengecoh berfungsi
|
Soal sudah baik
|
32
|
Sedang
|
Diterima
|
Semua pengecoh berfungsi
|
Soal sudah baik
|
33
|
Mudah
|
Diterima
|
Pengecoh B, D tidak berfungsi
|
Soal perlu direvisi
|
34
|
Sedang
|
Diterima
|
Semua pengecoh berfungsi
|
Soal sudah baik
|
35
|
Sedang
|
Diterima
|
Semua pengecoh berfungsi
|
Soal sudah baik
|
36
|
Sedang
|
Diterima
|
Pengecoh D tidak berfungsi
|
Soal perlu direvisi
|
37
|
Mudah
|
Diterima
|
Semua pengecoh berfungsi
|
Soal sudah baik
|
38
|
Sulit
|
Diterima
|
Semua pengecoh berfungsi
|
Soal perlu direvisi
|
39
|
Sedang
|
Diterima
|
Semua pengecoh berfungsi
|
Soal sudah baik
|
40
|
Sedang
|
Diterima
|
Pengecoh B tidak berfungsi
|
Soal perlu direvisi
|
Berdasarkan Tabel 1 tampak bahwa terdapat 20 soal yang
perlu direvisi baik dilihat dari tingkat kesukaran, daya pembeda, dan sebaran
jawaban. Selanjutnya, uraian akan lebih difokuskan untuk masing-masing aspek
seperti tingkat kesukaran, daya pembeda dan pengecoh. Pembahasan juga akan dilengkapi
dan dipadu dengan output dari program BIGSTEP.
a. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran suatu butir soal
menunjukkan proporsi atau prosentase subjek yang menjawab butir tes tertentu
dengan benar. Sedangkan angka yang menunjukkan sulit atau mudahnya suatu butir
soal disebut indeks kesukaran. Hasil analisis tingkat kesukaran pada program
ITEMAN yang disajikan pada Tabel 1, dapat dibuat secara spesifik seperti
terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2
Tingkat Kesukaran
Kategori
|
No. item
|
Jml item
|
Mudah
|
1,2,5,6,7,8,11,13,17,18,20,21,26,27,29,33,37
|
17
|
Sedang
|
3,4,9,10,12,14,15,16,19,22,23,24,25,28,30,31,32,35,36,39,40
|
22
|
Sukar
|
38
|
1
|
Jumlah
|
40
|
Berdasarkan Tabel 2, ada satu butir soal
yang memiliki tingkat kriteria kesukaran
kurang baik sehingga perlu direvisi. Butir
soal tersebut adalah butir soal nomor 38. Hal itu juga didukung output program BIGSTEP bahwa dari kolom measure, butir soal nomor 38 memiliki measure
lebih dari 2 sehingga termasuk dalam kategori butir soal yang sulit. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa materi yang belum dikuasai oleh sebagian besar
peserta tes UASBN Matematika SD/MI di Kabupaten Jombang tahun 2010 adalah
materi tentang diagram lingkaran.
Tampilan secara grafis, butir soal nomor 38 tersebut dari hasil output
BIGSTEP disajikan pada Gambar 1.
-3 -2
-1 0 1
2 3 4
5
|------+------+------+------+------+------+------+------|
38 38-MATERI-DI . 0 :
1 .
4 04-MATERI-OP . 0
. : 1
.
34 34-MATERI-VO . 0
. : 1
.
3 03-MATERI-OP . 0
. : 1 .
15 15-MATERI-PE . 0
: 1 .
30 30-MATERI-KE .
0 :
. 1 .
16 16-MATERI-SK . 0
: . 1
.
23 23-MATERI-SA . 0
: . 1
.
10 10-MATERI-PE . 0
: . 1
.
32 32-MATERI-LU .
0 : .
1 .
35 35-MATERI-LU . 0
: . 1
.
31 31-MATERI-BA . 0
: . 1
.
19 19-MATERI-SA . 0
: . 1
.
22 22-MATERI-SA .
0 : . 1 .
40 40-MATERI-ST . 0
: . 1
.
12 12-MATERI-KP . 0
: . 1
.
28 28-MATERI-SI .
0 : . 1 .
14 14-MATERI-FP .
0 : . 1 .
24 24-MATERI-KE .
0 : .1 .
36 36-MATERI-KO .
0 : .1 .
9 09-MATERI-PE . 0 :
1 .
39 39-MATERI-ST . 0 :
1 .
25 25-MATERI-SI . 0 :
1. .
5 05-MATERI-OP . 0 :
1. .
27 27-MATERI-PE .0 :
1 . .
37 37-MATERI-DI 0 :
1 . .
8 08-MATERI-PE 0. :
1 . .
26 26-MATERI-BA 0. :
1 . .
13 13-MATERI-FP 0. :
1 . .
18 18-MATERI-BA 0 . :
1 . .
20 20-MATERI-SA 0
. : 1
. .
33 33-MATERI-JA 0
. : 1
. .
11 11-MATERI-KP 0
. : 1
. .
21 21-MATERI-SA 0
. : 1
. .
17 17-MATERI-AK 0
. : 1 . .
2 02-MATERI-OP 0
. : 1 . .
6 06-MATERI-PE 0
.: 1
. .
29 29-MATERI-SI 0
: . 1
. .
1 01-MATERI-OP 0 :
. 1 . .
7 07-MATERI-PE 0 :
. 1 . .
|------+------+------+------+------+------+------+------|
-3 -2
-1 0 1
2 3 4
5
Gambar 1 Sebaran Letak Butir Soal pada Skala Hasil Output BIGSTEPS
Gambar 1 menunjukkan bahwa semakin ke kiri
letak sebuah butir pada skala menggambarkan semakin mudah soal itu. Dalam hal
ini, soal 7 adalah soal yang paling mudah karena mendekati angka 1 pada skala
yang ada. Sebaliknya, semakin ke kanan letak suatu butir pada skala, akan sulit
soal tersebut. Pada kasus ini terdapat satu butir soal yang berada pada skala
yang mendekati 4, yaitu soal nomor 38. Hal ini menunjukkan bahwa butir soal
tersebut tergolong soal yang sulit.
Bila dicermati dari indicator, maka indikator
butir soal pada nomor 38 adalah menentukan salah satu unsur yang belum diketahui dari gambar
diagram lingkaran yang disajikan.” Akan tetapi dalam soal yang
ditanyakan adalah jumlah ternak kerbau dan sapi. Hal ini sudah lebih dari satu
unsur, seperti dikutip di bawah ini:
“Jika
banyak ternak sapi pada diagram lingkaran
di samping ada
600 ekor, maka jumlah ternak
kerbau dan
kambing adalah….”
a.
450 b. 720 c.
1.170 d. 1.620
b. Indeks Daya Pembeda
Daya pembeda butir merupakan kemampuan
suatu butir untuk membedakan antara peserta tes yang pandai dengan peserta tes
yang kurang pandai. Daya pembeda butir soal sering digunakan dalam tes hasil
belajar adalah dengan cara menggunakan indeks korelasi antara skor butir dengan
skor totalnya. Teknik korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik point biserial. Output program
ITEMAN yang disajikan pada Tabel 1, dapat dirangkum sebagaimana Tabel 3 di
bawah ini:
Tabel 3
Rangkuman Daya
pembeda
Kategori
|
Nomor
item
|
Jml
|
Sangat
Memuaskan
|
3, 6, 8,
10, 11, 12, 13, 14, 17, 18, 19, 20, 21, 23, 24, 25, 26, 30, 31, 32, 33, 35,
36, 37, 40
|
25
|
Memuaskan
|
1, 2, 5,
9, 15, 16, 22, 28, 29, 34, 38, 39
|
12
|
Tidak
Memuaskan
|
7
|
1
|
Sangat
Tidak Memuaskan
|
4, 27
|
2
|
Jumlah
|
40
|
Berdasarkan Tabel 3, terdapat satu
butir soal yakni soal nomor 7 memiliki rpbis
= 0,269 sehingga dikategorikan memiliki daya pembeda tidak memuaskan. Dengan demikian, memerlukan revisi kecil. Di
samping itu terdapat 2 butir soal yang dikategorikan memiliki daya pembeda sangat tidak memuaskan sehingga
memerlukan revisi total. Kedua butir soal tersebut adalah butir soal nomor 4
dan 27. Butir soal nomor 4 memiliki nilai rpbis = 0,188, dan butir
soal nomor 27 memiliki nilai rpbis = 0,116.
Hasil analisis program BIGSTEP juga
menunjukkan bahwa terdapat 4 butir soal yang memiliki outfit lebih dari 2 yakni butir soal nomor 4, 14, 27 dan 38,
seperti terlihat pada Gambar 2. Dengan demikian, keempat butir soal tersebut
perlu dihapus agar tidak mengganggu jalannya proses analisis. Soal nomor 4 dan
14, seperti hasil analisis kualitatif juga menunjukkan bahwa keduanya menimbulkan
kebingungan pada siswa dalam memahami
soal. Sementara itu, soal nomor 38 memiliki tingkat kesulitan yang tinggi, sehingga wajar kalau
banyak siswa yang melakukan penerkaan dalam proses menjawabanya. Oleh karena
itu, soal ini tidak mampu membedakan antara siswa yang pandai dan kurang.
NUM SCORE
COUNT MEASURE ERROR|MNSQ
INFIT|MNSQ OUTFT|PTBIS| NAME
|-----------------------------------+----------+----------+-----+---
| 1 226
246 -1.87 .24| .95
-.2|1.07 .3| .27| 01 |
| 2 212
246 -1.20 .20| .96
-.2| .99 .0| .33| 02 |
| 3 105
246 1.44 .15| .97
-.5| .91 -.9| .44| 03 |
| 4 93
246 1.71 .15|1.32
4.4|1.75 5.7| .10| 04 |
| 5 173
246 -.05 .16|1.14
1.9|1.28 1.7| .26| 05 |
| 6 214
246 -1.29 .20| .96
-.3| .74 -.8| .36| 06 |
| 7 230
246 -2.13 .27| .97
-.1|1.37 .9| .20| 07 |
| 8 188
246 -.43 .17| .85
-1.9| .84 -.8| .51| 08 |
| 9 171
246 .00 .15|1.08
1.1|1.12 .8| .32| 09 |
| 10 143
246 .63 .15| .77
-4.2| .70 -3.0| .62| 10 |
| 11 203
246 -.88 .18| .91
-.9| .73 -1.1| .43| 11 |
| 12 151
246 .46 .15|1.04
.7|1.03 .3| .38| 12 |
| 13 188
245 -.46 .17| .93
-.9| .77 -1.2| .44| 13 |
| 14 159
245 .27 .15|1.03
.4|2.70 9.1| .38| 14 |
| 15 116
246 1.21 .15|1.16
2.6|1.15 1.6| .27| 15 |
| 16
141 246 .68
.15|1.18 2.9|1.13 1.2|
.26| 16 |
| 17 211
246 -1.17 .20| .90
-.8| .82 -.6| .41| 17 |
| 18 192
245 -.56 .17| .91
-1.1| .76 -1.2| .46| 18 |
| 19 148
246 .52 .15| .95
-.7| .94 -.5| .46| 19 |
| 20 201
246 -.82 .18| .85
-1.6| .62 -1.8| .50| 20 |
| 21 207
246 -1.02 .19| .98
-.2|1.32 1.2| .34| 21 |
| 22 148
244 .51 .15|1.15
2.3|1.07 .7| .28| 22 |
| 23 142
246 .65 .15| .98
-.3| .91 -.8| .44| 23 |
| 24 162
245 .21 .15| .89
-1.7| .79 -1.6| .50| 24 |
| 25 172
245 -.04 .16| .91
-1.3| .79 -1.4| .48| 25 |
| 26 188
246 -.43 .17|1.00
.0|1.03 .2| .37| 26 |
| 27 181
246 -.25 .16|1.38
4.5|1.66 3.3| .03| 27 |
| 28 157
246 .33 .15|1.16
2.4|1.13 1.0| .27| 28 |
| 29 225
246 -1.81 .24| .91
-.5| .70 -.7| .33| 29 |
| 30 138
246 .74 .15| .82
-3.2| .75 -2.6| .58| 30 |
| 31 147
246 .55 .15| .86
-2.3| .79 -2.0| .54| 31 |
| 32 143
245 .63 .15| .87
-2.1| .79 -2.0| .52| 32 |
| 33 202
246 -.85 .18| .94
-.6| .76 -1.0| .40| 33 |
| 34 97
246 1.62 .15|1.11
1.7|1.19 1.8| .28| 34 |
| 35 143
244 .60 .15| .85
-2.6| .77 -2.2| .55| 35 |
| 36 166
246 .12 .15| .95
-.7| .86 -1.0| .45| 36 |
| 37 182
245 -.30 .16|1.02
.3| .95 -.2| .36| 37 |
| 38 72
246 2.21 .16|1.09
1.1|1.31 2.1| .27| 38 |
| 39 171
246 .00 .15| .85
-2.2| .71 -2.1| .53| 39 |
| 40 150
246 .48 .15|1.10
1.6|1.03 .3| .33| 40 |
+---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Gambar 2
Hasil Output BIGSTEPS Terkait dengan Outfit
c. Efektifitas Distraktor
Alternatif jawaban terdiri dari 2 bagian yaitu kunci jawaban dan
pengecoh. Apabila proporsi peserta tes yang menjawab dengan salah atau memilih
suatu pengecoh kurang dari 5%, maka butir soal tersebut perlu direvisi. Hasil
analisis dengan program ITEMAN seperti yang disajikan pada Tabel 1 bahwa tidak terdapat daya pengecoh yang lebih
besar dari daya pembeda kunci jawaban. Namun dari program ITEMAN dan BIGSTEP diketahui bahwa
pengecoh yang tidak baik terdapat pada butir soal nomor-nomor berikut,
seperti disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4
Rangkuman Efektifitas Pengecoh
No.
|
No. Soal
|
Pengecoh
|
1
|
1
|
Pengecoh
A, C, D tidak berfungsi
|
2
|
2
|
Pengecoh
B, D tidak berfungsi
|
3
|
6
|
Pengecoh
A, B tidak berfungsi
|
4
|
7
|
Pengecoh
A, B, C tidak berfungsi
|
5
|
8
|
Pengecoh
C tidak berfungsi
|
6
|
9
|
Pengecoh
D tidak berfungsi
|
7
|
11
|
Pengecoh
A tidak berfungsi
|
8
|
17
|
Pengecoh
C, D tidak berfungsi
|
9
|
18
|
Pengecoh
D tidak berfungsi
|
10
|
20
|
Pengecoh
B tidak berfungsi
|
11
|
21
|
Pengecoh
C, D tidak berfungsi
|
12
|
25
|
Pengecoh
A tidak berfungsi
|
13
|
26
|
Pengecoh
D tidak berfungsi
|
14
|
27
|
Pengecoh
C tidak berfungsi
|
15
|
29
|
Pengecoh B,
C, D tidak berfungsi
|
16
|
30
|
Pengecoh
A tidak berfungsi
|
17
|
33
|
Pengecoh
B, D tidak berfungsi
|
18
|
36
|
Pengecoh
D tidak berfungsi
|
19
|
40
|
Pengecoh
B tidak berfungsi
|
Berdasarkan
Tabel 4, pengecoh-pengecoh tersebut perlu direvisi agar berfungsi dengan baik.
Artinya, anak yang mengalami kesulitan menyelesaikan pada butir di atas, akan lebih
banyak yang memilih option (pilihan)
yang dimaksud.
4.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. Pertama, dari aspek teoritis, validitas
isi dan konstruk sudah baik. Namun dari segi validitas muka terdapat 3 butir
soal yang perlu direvisi karena belum jelas atau menimbulkan tafsiran ganda.
Tiga butir soal tersebut adalah butir soal nomor 4, 14, dan 16. Secara
keseluruhan dari segi teoritis baik validitas isi, konstruk, dan muka sudah
baik. Kedua, secara empiris: (i)
reliabilitas soal UASBN termasuk dalam kategori
tinggi dengan nilai alpha sebesar 0,894 dan dikategorikan sebagai
reliabilitas yang baik, (ii) Pada aspek daya pembeda, terdapat 38 butir soal
yang sudah baik dan 2 butir soal yang perlu direvisi karena memiliki nilai
indeks daya pembeda kurang dari 0,3. Kedua butir soal tersebut adalah butir
soal nomor 4 dan 27, (iii) Pada aspek tingkat kesukaran, terdapat 39 butir soal
yang sudah baik dan terdapat 1 butir soal dengan tingkat kesukaran yang tinggi
dan perlu direvisi karena nilainya kurang dari 0,3. Butir soal tersebut adalah
butir soal nomor 38 dengan materi tentang diagram lingkaran, (iv) Terdapat 21
butir soal memiliki pengecoh berfungsi dengan baik dan terdapat 19 buah butir
soal dengan sebagian atau semua distraktor/pengecoh yang tidak berfungsi.
Berdasarkan temuan penelitian tersebut, dapat dibuat saran sebagai
berikut. Pertama, para guru perlu
dibekali atau dibiasakan dengan kegiatan analisis soal, agar soal yang
dihasilkan mampu mengukur kemampuan anak yang sebenarnya. Kedua, perlu
diadakannya pelatihan dalam membuat tes untuk para guru terutama bagi yang
bertugas dalam menyusun soal UASBN agar diperoleh suatu tes yang berkualitas.
5. DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, S. (2008).
Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Azwar, S. (1996). Tes prestasi: Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Depdiknas (2003). Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20, Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Depdiknas (2005).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19, Tahun 2005, tentang Standar
Nasional Pendidikan.
Gronlound, N.E. &
Linn, R.L.(1990). Measurement and evaluation
in teaching. New York: Macmillan Publishing Company.
Hart, D. (1994). Authentic assessment: A Handbook for
education. California: Addison Wesley Publishing Company.
Isnanda, T. (2009).
Karakteristik soal matematika Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN)
di Kota Pontianak Kalimantan Barat. Tesis magister, tidak diterbitkan.
Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Mardapi, D. (2008). Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes.
Yogyakarta: Mitra Cendekia Press.
Mardapi. D. (2004). Penyusunan tes hasil belajar.
Yogyakarta: PPs Universitas Negeri Yogyakarta.
Nitko, A.J. &
Brookhart, S.M. (2007). Educational
assessment of student. (6th ed). Columbus, Ohio: Pearson Merril
Prentice Hall.
Popham, W.J. (2004). Classroom assessment, what teachers need to
know. Boston: Allyn Bacon.
Stecher, B.M., et al.
(1997). Using alternative assessment in
vocational education. (versi electronic). National Center for Research in
Vocational Education. University of California, Berkeley. Published bay RAND.
Surapranata, S. (2005). Analisis, Validitas, Reliabilitas dan
Interpretasi Hasil Tes Implementasi Kurikulum 2004. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Susanto, H.A. (2000). Kualitas Soal UASBN Mata Pelajaran
Matematika SD di Kecamatan Sukoharjo
Kabupaten Sukoharjo. Tesis. Tidak Dipublikasikan. Surabaya: Pascasarjana
UNESA.
Wilson, M.R. & Bertenthal, M.W. (2005). System for state science assessment. Washington: Committee on Test
Design for K-12 Science Achievement, Naional Research Council.
Title Post: Karakter Dan Kualitas Soal UASBN Pelajaran Matematika SD/MI Di Jombang
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Author: Unknown
Terimakasih sudah berkunjung di blog-kusaeri, Jika ada kritik dan saran silahkan tinggalkan komentar
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Author: Unknown
Terimakasih sudah berkunjung di blog-kusaeri, Jika ada kritik dan saran silahkan tinggalkan komentar
0 komentar:
Posting Komentar