Konsep dibangun oleh tiga
komponen, yakni: simbol, objek dan konsepsi (Ihalauw, 2008:27). Ketiga komponen
tersebut dapat diilustrasikan sebagaimana Gambar 1. Unsur pertama konsep adalah
simbol. Setiap disiplin ilmu memiliki simbol tersendiri. Dalam matematika terlihat
dengan jelas banyak simbol yang digunakan, baik simbol berupa angka, huruf
ataupun rangkaian angka dan huruf. Rangkaian simbol dalam matematika membentuk
model matematika.
Model matematika dapat berupa persamaan, pertidaksamaan atau yang lainnya. Model matematika ax + b = 0, ax2 + bx + c = 0 merupakan dua contoh simbol dari konsep persamaan.
Model matematika dapat berupa persamaan, pertidaksamaan atau yang lainnya. Model matematika ax + b = 0, ax2 + bx + c = 0 merupakan dua contoh simbol dari konsep persamaan.
Gambar 1: Hubungan Ketiga Unsur Konsep
Objek merupakan
unsur kedua dari konsep. Objek yang dipelajari pada matematika merupakan
sesuatu yang abstrak, sering juga disebut objek mental. Objek-objek itu merupakan objek pikiran. Objek dasar itu berupa
fakta, operasi dan prinsip (Begle, 1979:6-7). Fakta berupa
konvensi-konvensi yang diungkap dengan simbol tertentu. Operasi berupa
pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar, dan pengerjaan matematika yang lain. Prinsip dapat berupa
fakta, konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi ataupun operasi. Secara sederhana dapat dikatakan
bahwa prinsip adalah hubungan antara berbagai objek dasar matematika. Dengan
demikian, prinsip merupakan objek
matematika yang kompleks. Dalam kaitannya dengan objek konsep, maka materi-materi
persamaan, pertidaksamaan atau yang lainnya merupakan objek dari konsep.
Unsur ketiga konsep adalah konsepsi. Seorang anak
yang berusaha memahami suatu konsep melalui membaca atau mendengarkan
penjelasan dari guru, mereka akan memiliki pemahaman tentang konsep,
dinamakan konsepsi. Dalam kamus Bahasa
Indonesia, konsepsi dimaknai sebagai pengertian, pendapat atau paham
(Depdiknas, 2008:802). Sfard (1991:3) mendefinisikan konsepsi sebagai bentuk representasi internal
tentang konsep, yang dimiliki seorang anak atau menjadi unsur dari jaringan
pengetahuan seorang anak.
Kedua
pengertian tersebut menunjukkan bahwa konsepsi merupakan pemahaman anak tentang
suatu konsep, bersifat subjektif atau personal, serta akan menjadi bagian
jaringan pengetahuan anak. Dengan demikian, sangat dimungkinkan terbentuknya
konsepsi pada diri setiap anak tergantung pada keluasan jaringan informasi yang
dimilikinya.
Teori
Reifikasi: Teori Terbentuknya
Konsepsi Matematika
Menurut
Sfard (1991:4) konsep-konsep matematika berkaitan dengan dua macam konsepsi,
yakni konsepsi operasional dan struktural. Konsepsi operasional merupakan
konsepsi yang mengandung makna proses, algoritma atau kegiatan. Sementara itu,
konsepsi struktural merupakan konsepsi yang menggambarkan suatu konsep sebagai
suatu yang statis, yang terdapat pada suatu tempat dan di suatu saat.
Dalam
proses pembentukan konsepsi, terjadinya konsepsi operasional mendahului
terjadinya konsepsi struktural. Terbentuknya konsepsi struktural melalui proses
yang panjang dan sering kali sulit (Suryanto, 1997:87-88). Berdasarkan kedua
jenis konsepsi tersebut, Sfard (1991:18) membagi proses pembentukan konsepsi pada
diri anak melalui serangkaian tahapan, yakni interiorisasi (interiorization),
kondensasi (condensation), dan reifikasi (reification).
Interiorisasi
merupakan suatu tahapan di mana anak melakukan operasi terhadap objek-objek
matematika pada tahapan yang rendah (Sfard, 1991:18). Suatu proses dikatakan
telah terinteriorisasi bila anak melakukan operasi tanpa berpikir selama
melakukan proses operasi tersebut. Sebagai contoh, dalam menyelesaikan
persamaan satu variabel, bila seorang anak dapat menemukan penyelesaian
persamaan, maka dapat dikatakan bahwa
konsep tersebut telah terinteriorisasi pada diri anak. Mengapa? Karena pada
kasus ini, sebenarnya anak telah mengingat proses yang diperlukan guna
menyelesaikan persamaan. Namun, tanpa
mengingat proses yang seharusnya dilakukan, anak sudah bisa menyelesaikan
persamaan yang dimaksud.
Kondensasi
adalah suatu kondisi di mana proses yang kompleks telah terbentuk pada diri
anak. Sfard (1991:19) menggambarkan tahapan kondensasi sebagai tahapan yang
ditandai dengan munculnya konsepsi baru. Anak dianggap telah sampai pada
tahapan ini bilamana konsepsi baru benar-benar menyatu dalam proses
penyelesaian masalah. Pada tahapan ini, anak mampu mengombinasikan proses,
membuat perbandingan dan generalisasi. Hal terpenting pada tahapan ini adalah
meningkatnya kemampuan anak dalam menyajikan konsep secara berbeda.
Tahapan
terakhir adalah reifikasi. Reifikasi merupakan suatu tahapan di mana anak dapat
menerima konsep matematika sebagai suatu objek yang lengkap beserta
karakteristik yang dimilikinya. Konsep yang telah ter-reifikasi dapat disimpan
dan dikaitkan dengan kategori-kategori yang dimilikinya. Karakteristik dari
kategori tersebut juga dapat dibandingkan dengan yang lain. Sfard (1991:31)
berpendapat bahwa reifikasi merupakan tahapan paling sulit bagi anak untuk
mencapainya. Ia menjelaskan bahwa:
In
order to see function as an object, one must try to manipulate it as a whole;
there is no reason to turn process into object unless we have some higher-level
processes performed on this simpler process. But here is a vicious circle: on
one hand, without an attempt at the higher level interiorization, the
reification will not occur; on the other hand, existence of objects on which
the higher level processes are performed seem indispensable for the
interiorization-without such objects the processes must be appear quite
meaningless. In other word: the lower reification and higher level
interiorization are pre-requisites for each other.
Pernyataan tersebut mengisyaratkan bahwa umumnya anak telah memiliki objek-objek
abstrak pada tahapan di bawahnya, sebelum mereka mulai melakukan pemrosesan objek
tersebut pada tahapan yang lebih tinggi. Untuk memahami suatu hirarki, suatu
tahapan tidak akan bisa dicapai, bila semua tahapan sebelumnya belum dilakukan.
Referensi
Begle, E.G. (1979). Critical variable in mathematics education: Finding from a survey of
the empirical literature. Washington: Mathematical Association of America
and National Council of Teachers of Mathematics.
Depdiknas (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.
Ihalauw, J. (2008). Konstruksi teori: Komponen dan proses. Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Sfard, A. (1991). On the dual nature of mathematical
conceptions: Reflections on processes and objects as different sides of the
same coin. Educational Studies in
Mathematics. 22: 1–36.
Suryanto (1997).
Kesulitan instrinsik matematika. Jurnal
Kependidikan, 27, 75-98.
Title Post: Konsepsi dan Teori Terbentuknya Konsepsi
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Author: Unknown
Terimakasih sudah berkunjung di blog-kusaeri, Jika ada kritik dan saran silahkan tinggalkan komentar
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Author: Unknown
Terimakasih sudah berkunjung di blog-kusaeri, Jika ada kritik dan saran silahkan tinggalkan komentar
0 komentar:
Posting Komentar