Aksi demonstrasi yang dilakukan mahasiswa terhadap rencana kenaikan
harga bahan bakar minyak (BBM) terjadi di sejumlah tempat. Bermodalkan
kesadaran kritis, mahasiswa hadir untuk menyuarakan keprihatinan dan
keberpihakan pada penderitaan rakyat. Namun, gejala kekerasan mulai tampak.
Pancing-memancing terjadinya kekerasan merupakan gejala yang patut mendapat
perhatian.
Di Jakarta, enam mahasiswa harus berurusan dengan aparat karena
menurunkan simbol negara, foto presiden. Di Semarang, mahasiswa bersitegang
dengan aparat karena melakukan sabotase pada truk-truk tangki pengangkut BBM. Di
Yogyakarta, ratusan mahasiswa melakukan aksi blokade jalan utama Adi Sucipto
selama berjam-jam. Sementara itu, di sejumlah kota lainnya, aksi bakar ban
bekas dilakukan di jalan protokol juga marak dilakukan. Kedua aksi terakhir
menyebabkan jalanan macet. Aksi juga diwarnai bentrokan dengan aparat. Melihat serpihan peristiwa itu, kita
seperti dipaksa untuk kembali mendiskusikan posisi dan peran aksi mahasiswa
dalam dinamika sosial politik negeri ini.
Adalah lumrah kalau aksi demonstrasi itu digelar di
pusat keramaian atau melakukan tindakan yang sensasional. Tujuannya menarik
perhatian banyak orang. Juga menarik perhatian dan liputan media. Namun, yang
tidak wajar adalah bila aksi demonstrasi itu mengganggu aktivitas masyarakat
banyak. Inti dari suatu aksi demonstrasi digelar tidak sekedar perhatian yang
diraih, tetapi juga tuntutan itu mendapat dukungan luas dari masyarakat banyak,
bahkan juga pemerintah. Pada akhirnya tuntutan mereka pun diperhatikan,
bahkan dipenuhi.
Tarik Simpati atau
Antipati
Aksi demonstrasi sebagai wujud penyampaian aspirasi
adalah hal wajar di negara demokrasi. Kebebasan menyampaikan pendapat adalah hak
asasi manusia. Namun, dalam proses penyampaian aspirasi hendaknya tetap
mempertimbangkan kepentingan publik lain. Aksi pemblokiran jalan, kekerasan dan
perusakan sarana publik juga harus dihindari. Mahasiswa harus mampu
mensterilkan perjuangannya dari oportunisme
politik dan radi-kalisme yang berujung pada anarki. Tanpa bermaksud meremehkan
setiap aksi demonstrasi yang ada, apakah simpati dan dukungan dari masyarakat
luas akan berdatangan jika aksi tersebut dilakukan dengan menguasai atau
merusak prasarana publik?
Seharusnya mahasiswa
tidak menodai perjuangan mereka hanya dengan emosi yang tak terkendali dan
tindakan anarkis tanpa hasil. Cobalah lebih melihat dampaknya, karena
perjuangan tidak akan berhasil hanya karena otot, tetapi yang paling penting adalah
hasil pemikiran mahasiswa yang membuat negeri ini bisa keluar dari
kesulitan ekonomi.
Pada akhirnya aksi anarkhis semacam itu akan membuat masyarakat
antipati. Jangan sampai muncul pemikiran, sebenarnya mahasiswa membela rakyat
atau malah menyeng-sarakan rakyat? Di dalam bukunya, Protestbewegung und Hochschulreform (1969) seorang filosof dan sosiolog
Jerman,
Jurgen Habermas secara pedas mengkritik aksi-aksi anarkisme yang dilakukan oleh
mahasiswa. Bagi Habermas, aksi-aksi yang dilakukan oleh para mahasiswa semacam itu akan kontraproduktif.
Semenjak pemerintah berencana menaikan BBM, harga bahan pokok telah
merangkak naik. Naiknya bahan pokok ini pasti menambah beban hidup masyarakat. Di
tengah beban kehidupan yang semakin berat dan sulit, aksi demonstrasi dengan
menguasai dan merusak prasarana publik, hanya
akan mengundang antipati masyarakat yang terkena dampak akibat aksi demonstrasi
itu. Kondisi antipati ini pada akhirnya akan berdampak negatif kepada pelaku aksi tersebut. Bukan dukungan yang
diperoleh, namun kejengkelan, kemarahan, dan umpatan yang dilontarkan kepada
para pelaku aksi demonstrasi itu.
Satu dekade lalu, aksi demonstrasi para pekerja yang didukung mahasiswa,
acap kali terlihat di Seoul dan kota-kota besar lainnya di Korea Selatan. Aksi demonstrasi
serupa acap terlihat di Filipina. Namun, belakangan ini, aksi itu banyak
berkurang karena lebih banyak dampak negatif dibandingkan tujuan yang hendak
dicapai. Lebih merugikan secara sosial dan ekonomi dibandingkan manfaat yang
diperoleh. Bukan simpati yang didapat, melainkan antipati.
Dalam catatan penulis, aksi mahasiswa pernah mendapatkan simpati dan
dukungan besar dari masyarakat ketika pecah peristiwa reformasi pada 1998. Inilah
masa bulan madu antara mahasiswa dan masyarakat. Di
Yogyakarta, ibu-ibu dengan sukarela menyediakan nasi bungkus dan minuman bagi
para peserta aksi demonstrasi baik di Bunderan UGM maupun di tempat-tempat
lain. Ini menunjukkan bersatunya mahasiswa dan masyarakat. Dari mulai aksi yang halus sampai yang paling
anarkis pun mendapat dukungan dari masyarakat.
Simpati dan dukungan seperti itu sekarang tidak lagi
didapatkan. Kondisi ini selayaknya membuat aksi mahasiswa perlu mencari sebuah
tonggak baru. Bagaimanapun juga, sebuah tonggak diperlukan untuk membuat
mahasiwa kembali memahami di mana peran dan posisinya. Seperti kata sosiolog
Pierre Bourdeou, mahasiswa perlu menciptakan habitus baru, yang lebih mengedepankan intelektual ketimbang
“anarkis.” Zaman sudah berubah sehingga mahasiswa tidak lagi bisa memakai cara
yang sama untuk mendekati permasalahan yang
berbeda. Aksi demonstrasi dengan mengganggu dan merusak kepentingan umum harus
dihentikan. Reorientasi harus dilakukan.
Reorientasi Gerakan
Dengan berubahnya situasi dan kondisi di masyarakat, maka sudah saatnya mahasiswa mereformasi diri dan melakukan
otokritik terhadap cara-cara memperjuangkan aspirasi. Masyarakat juga mulai menyangsikan:
“Apakah aksi demonstrasi itu masih cukup
efektif menekan keinginan pemerintah dan DPR untuk menaikkaan harga BBM?”
Dengan demikian, mahasiswa tidak menjadikan demonstrasi sebagai satu-satunya cara mempengaruhi kebijakan pemerintah dan merebut
simpati masyarakat. Ada beberapa cara yang dapat dijadikan alternatif.
Pertama, energi mahasiswa lebih tepat bila diarahkan ke
upaya pemberdayaan masyarakat yang mulai terkena dampak rencana kenaikan harga
BBM. Dengan turun ke masyarakat, mahasiswa akan belajar, memahami dan melihat
secara langsung beban hidup masyarakat. Harapannya, timbul rasa empati atas
penderitaan yang dialami masyarakat. Jika itu bisa dilakukan, tentu masyarakat akan balik memberikan simpati
kepada mahasiswa. Tidak seperti sekarang di mana mahasiswa justru menjadi lawan
dari masyarakat yang diperjuangkannya.
Kedua, aksi mahasiswa dapat juga menggunakan media
sosial seperti Facebook dan Twitter. Kedua media sosial ini telah terbukti
menjadi perangkat penting bagi gerakan perlawanan. Medium ini juga dianggap
mempunyai efektivitas besar dalam menjaring dukungan massa ataupun sebuah
tuntutan. Aksi dukungan kepada dua pimpinan KPK periode lalu, Bibit Samad
Rianto-Chandra M Hamzah, dan “koin keadilan” bagi Prita Mulyasari
merepresentasikan efektivitas kedua media sosial ini. Saat Bibit-Candra ditahan
polisi pada Oktober 2009, publik merespon dengan menggalang 1,3 juta dukungan melalui
Facebook. Akhirnya Bibit-Candra dilepas dari tahanan polisi dan kembali menjadi
pimpinan KPK.
Solidaritas publik juga ditunjukkan pada gerakan
pengumpulan uang receh bagi Prita Mulyasari. Curahan hati Prita seputar layanan
kesehatan RS Omni melalui surat elektronik menunai denda Rp 204 juta. Jalan
panjang prita mencari keadilan menyebar lewat Facebook dan segera menarik
simpati masyarakat. Publik merepresentasikan nuraninya yang ditohok oleh keadilan hukum dengan wujud aksi solidaritas.
Simbolisasi uang receh yang digunakan untuk membantu Prita menjadi bagian dari
bahasa perjuangan rakyat menghadapi pihak yang berkuasa.
Sekarang tinggal bagaimana mahasiswa bisa
memancing emosi masyarakat melalui kedua media sosial ini. Itu tantangan yang
harus ditaklukkan oleh teman-teman aktivis, agar rencana pemerintah menaikkan
BBM mendapat tantangan luas dari masyarakat. Selamat berjuang kawan…!
Title Post: Mahasiswa dan Aksi Tolak Kenaikan BBM
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Author: Unknown
Terimakasih sudah berkunjung di blog-kusaeri, Jika ada kritik dan saran silahkan tinggalkan komentar
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Author: Unknown
Terimakasih sudah berkunjung di blog-kusaeri, Jika ada kritik dan saran silahkan tinggalkan komentar
1 komentar:
terimakasih infonya sangat bermanfaat, kunjungi http://bit.ly/2CWVeP9
Posting Komentar